Kamis, 27 Agustus 2015

Selamat Menikah Sahabatku


Hari Ini 6 Juni 2012, Seorang Sahabatku sedang dalam prosesi menuju gerbang baru kehidupannya. Ada perasaan yang tak menentu yang sedang berkecamuk dihatiku hari ini. Entah lah apa dia mengetahui apa yang kurasakan sekarang **mungkin tidak.

Ada rasa sedih yang luar biasa yang menggelantungi hatiku karena tak bisa mendampinginya saat ini.. Walau dengan atau tanpa kehadirankupun acara pernikahannya akan tetap berlangsung, tapi aku sangat ingin melihat calon suaminya mengucapkan kalimat-kalimat sakral itu, “Saya terima nikahnya, kawinnya ..................... dengan mahar tersebut tunai.”
Aku ingin sekali mendampinginya, menyaksikan saat-saat membahagiakan itu. Melihat senyum bahagianya. Aku menyayangimu sahabatku.

            Ada rasa takut yang tak terkira. Aku tak menginginkan kau mengalami hal yang pernah kubaca di buku-buku tentang pernikahan. Karena aku sadar, ALLAH telah menuliskan takdir kita masing-masing. Telah tertulis apa yang akan kita hadapi. Tapi Ya Rabb, Tolong bahagiakan aku dan orang-orang yang kusayang. Jauhkan kami dari cobaan yang berat. Amiin

            Ada rasa bahagia yang tak terukur. Setelah semua cerita panjang kita. Setelah semua air mata itu. Setelah semua rengekan yang ku dengar. Setelah semua keluhan yang menghiasi hari-hari kita.
Selamat menikah sayangku.
Akhirnya kau sampai di titik ini.

Jadilah istri yang berbakti pada suamimu.
Yang menenangkan hati suamimu.
Yang menjadi penghibur suamimu di kala lelah.
Menjadi tempat berbagi suka dan duka sepanjang hidupnya.
Menjadi tawa di kala sedihnya
Menjadi penyemangat di kala lemahnya
Menjadi perhiasan hidupnya

Persiapakan lah dirimu menjadi ibu yang baik bagi anak-anakmu kelak.
Jadilah ibu yang penuh kasih, yang meletakkan kebahagiaan anak-anakmu diatas segalanya.

Bangunlah rumah tangga yang penuh berkah.
Aku  menyayangimu. Sangat

Aku menemukan pesan-pesan ini, semoga bermanfaat untukmu *dan untukku nanti ^_^

Jangan engkau menginginkan menjadi ratu dalam “istanamu “……..

Disayang, dimanja dan dilayani suami……

Terpenuhi apa yang menjadi keinginanmu……..

Jika itu engkau lakukan ” istanamu ” akan menjadi neraka bagimu


Jika engkau menjadi istri………
Jangan engkau paksa suamimu menurutimu……
Jangan engkau paksa suamimu melanggar Allah……
siapkan dirimu untuk menjadi Hajar, yang setia terhadap tugas suami…..
Siapkan dirimu untuk menjadi Maryam, yang bisa menjaga kehormatannya… .
Siapkan dirimu untuk menjadi Khadijah, yang bisa mendampingi suami
menjalankan misi.
Jangan kau usik suamimu dengan rengekanmu….
Jangan kau usik suamimu dengan tangismu….
Jika itu kau lakukan…..
Kecintaannya terhadapmu akan memaksanya menjadi
pendurhaka…………….jangan……….

Jika engkau menjadi ibu….

Jadilah engkau ibu yang bijak, ibu yang teduh….

Bimbinglah anak-anakmu dengan air susumu….

Jadikanlah mereka mujahid………

Jadikanlah mereka tentara-tentara Allah…..

Jangan biarkan mereka bermanja-manja… ..

Jangan biarkan mereka bermalas-malas……….

Siapkan mereka untuk menjadi hamba yang shalih/ah…

Abdullah Ibnu Ja’far Radhiyallâhu ‘anhumaa  menasihati putrinya di saat pernikahannya, “Hati-hatilah dirimu dari cemburu yang tidak pada tempatnya karena itu adalah kunci perceraian. Hati-hati dari banyak mencela karena hal itu akan mewariskan kebencian. Selalulah ananda  memakai celak karena celak adalah perhiasan yang paling bagus. Dan wewangian yang terbaik adalah air.”

05/06/12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar