Rasanya sudah puluhan
tahun tidak menulis apapun untuk di posting di blog ini. Agak horor juga untuk
buka blog, takutnya sudah penuh sarang laba-laba dan rumput liar. Serasa
berdosa sama blog kece ini, karena janjinya akan ngasih logistik terus tiap
hari agar dia selalu bernyawa sehingga kemafaatannya lebih banyak. Maafkan
Princess ya blog kece…
Kesibukan ini itu
yang kalau dijelaskan juga sulit dipahami orang lain membuat waktu buat menulis
seperti tak tersisa. Ah! Itu alasan saja sebenarnya. Karena memang godaan setan
untuk tidak menulis terlalu kuat. Padahal setiap hari ide itu ada. Hanya
terlalu angkuh untuk meluangkan waktu saja.
Dari dulu saya sering
mendengar orang bilang bahwa “time is
money”. Waktu adalah uang. Meski bagi saya quote itu tidak terlalu ‘ngena’,
karena saya berkeyakinan waktu jauh lebih luas kemanfaatnnya selain hanya untuk
mengoleksi pundi-pundi.
Bagi saya, waktu adalah kesempatan. Kesempatan
untuk melakukan banyak hal. Entahkan untuk mengumpulkan uang, untuk menorehkan
prestasi, membahagiakan orang-orang terdekat, kesempatan untuk melakukan lebih
banyak kebaikan atau bahkan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan.
Sebagai dosen muda
yang masih belum memiliki jabatan struktural apapun, saya termasuk orang yang
kelebihan waktu dan energi. Meski sebenarnya bila dibandingkan dengan
teman-teman dosen yang tahun pengangkatannya sama, saya termasuk yang ‘sibuk’
karena selain menjadi dosen di prodi saya juga menjadi staff di Pusat
Penelitian UINAR. Namun demikian, saya masih merasa ada banyak waktu dan energi
yang perlu disalurkan. Sehingga dilibatkan sana sini menjadi pengurus ini atau
panitia itu membuat saya merasa hidup karena ada tempat untuk penyaluran
kelebihan energi tersebut.
Saya juga
mempersembahkan diri saya untuk menjadi pembimbing bayangan bagi mahasiswa-mahasiswa
fakultas lain yang sedang galau dengan proposal dan skripsi mereka. Tahu maksud
pembimbing bayangan?
Saya membaca proposal
mereka, memberi masukan ide ini itu, menyuruh mereka melengkap data ini itu
sehingga begitu mereka menghadap pembimbing mereka, kemungkinan untuk kena
bogem mentah itu sangat minim. Sehingga begitu mereka seminar atau sidang, data
yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan pembimbing dan penguji sudah
tersedia. Syaratnya hanya satu, jangan beri tahu pembimbing mereka kalau saya
terlibat dalam proposal dan skripsi mereka.
Sudah tidak bisa saya
hitung banyaknya yang datang dan meminta masukan dan saran untuk proposal dan
skripsi mereka. Sudah ada yang wisuda dengan proses yang mulus sejak seminar
proposal, peneltiian hingga sidang. Alhamdulillah.
Kenapa saya melakukan
hal itu?
Beberapa dosen yang
mengetahui apa yang saya lakukan sempat berkomentar “Nggak usah terlalu baik Yu
jadi dosen”.
Terima kasih untuk
komentarnya.
Tapi maaf, jika Anda
tidak mampu melakukan apa yang saya lakukan, tidak perlu mengomentari apa yang
saya lakukan. Saya melakukannya atas keinginan saya sendiri. Tidak ada yang
menyuruh atau meminta. Saya yang menawarkan diri. Saya yang menawarkan bantuan
kepada mereka. Dan saya juga yang meminta mereka untuk merahasiakan apapun yang
saya lakukan untuk mereka.
Meski ternyata
informasi itu berkembang dari mulut ke mulut mahasiswa. Di kalangan mereka,
jika sudah buntu proposal atau skripsi, “Temui Bu Ayu!”.
Saya tidak hanya
meminta mereka untuk melengkapi data ini itu demi kesempurnaan proposal dan
skripsi mereka, tapi saya juga memeriksa penulisan hingga dapusnya. Saya mau
mereka menunjukkan referensi yang digunakan, agar mereka mulai menjauhi
plagiasi. Apapun itu, tetap saya tekankan pada mereka bahwa setelah mereka
memperbaiki proposal sesuai arahan saya, konsultasikan lagi dengan pembimbing
mereka. Dan RAHASIAKAN KETERLIBATAN SAYA. Saya tidak mau ada pembimbing yang
tersinggung dengan apa yang saya lakukan. Jika dosen pembimbingnya merasa isi
proposal itu belum cukup bagus, berarti saya yang masih kurang mumpuni. Bila
dosen pembimbingnya merasa isi proposal itu bagus, biarlah mahasiswa tersebut
yang mendapat pujian. Namun alhamdulillah, belum ada proposal yang mendapat
respon jelek. Yeheeeee!! Ulalaaaaa
Semua saya lakukan
hanya sebagai salah satu bentuk syukur saya, karena selama saya kuliah, baik
itu S! dan S2, saya dihadiahi pembimbing-pembimbing yang baik dan luar biasa.
Bapak Ardi, M. Si dan Bapak Dr. Ramadhan Sumarmin (UNP) serta Bapak Dr. Ahmad
Ridwan dan Dr. Ramadhani Eka Putra (ITB). Saya juga ingin adik-adik mahasiswa
ini mendapat kelancaran dalam proses menyelesaikan studi mereka. Memperoleh apa
yang dulu saya peroleh dari pembimbing-pembimbing saya.
Saya juga terbuka
bila ada yang mau konsultasi mata kuliah dengan saya. Kapanpun selagi tidak
berbenturan dengan kesibukan saya. Tentu saja harus chat atau telpon saya dulu
untuk janji ketemu dimana dan jam berapa.
Capek? Lelah? Pasti.
Tapi saya merasa senang karena saya lelah untuk sesuatu yang bermanfaat untuk
orang lain dan juga untuk diri saya sendiri. Saya berkeyakinan bahwa pilihan
karier saya sudah benar. Dan besar harapan saya bahwa ini menjadi jalan buat
saya mendapat surga. (Ah, air mata saya mengalir ketika mengetik ini).
Saya hanya ingin
menjadi dosen yang tidak hanya mampu mengajar tapi juga mampu membimbing dan
mendidik mahasiswa saya. Bukan cuma perkara akademik, tapi juga jauh lebih luas
dari itu.
Saya tidak bisa
menjanjikan akan selalu seperti ini hingga nanti. Karena semakin bertambahnya
masa mengabdi saya, tentu akan diiringi dengan kesibukan. Tapi selagi saya
memiliki banyak waktu untuk itu, maka saya akan dengan senang hati
melakukannya.
Tanpa bermaksud riya.
Semoga apa yang saya lakukan dapat bermanfaat. Semoga pilihan karier saya
menjadi jalan untuk mendapatkan surgaNya.
Aamiin.
(Banda Aceh, 8
Oktober 2016)