Mataku perih seharian berkutat dengan jurnal yang harus segera kuselesaikan membacanya sebelum konsultasi berikutnya dengan pembimbing tesisku, belum lagi jurnal untuk mata kuliah biologi sel lanjut yang akan dipresentasikan di kelas.
Dalam rehat sejenak untuk mengistirahatkan mataku, aku teringat pembicaraan beberapa jam lalu dengan seseorang yang sampai sekarang masih membuatku gemetar bila bertemu dengannya. Tidak ada yang spesial dari apa yang kami bahas, hanya saja menjadi sentilan untukku. Sedikit menyentuh rasa ikhlasku pada hal yang sudah aku relakan sebelumnya*setidaknya aku sudah berusaha melepaskan.
Kata-katanya yang sok bijak itu seperti mendikte ku untuk harus lebih berhati-hati bertindak, walau semua orang yang mengetahui apa yang kulakukan untuk hal yang kuceritakan padanya, sudah benar.
Sedikit tersayat ketika menyadari dia melakukan pembelaan pada orang yang kuceritakan padanya, terlepas dari apakah dia mengetahui atau tidak identitas dari orang siapa orang yang kuceritakan.
Aku kemudian beralih pada jejaring sosial yang sudah jarang kubuka itu. Aku lagi-lagi melihat hal yang mampu menggelitik kesabaranku. Kutatapi wajah itu dengan cermat. Aku mengenalnya dengan sangat baik beberapa waktu lalu. Dan bila yang terjadi sekarang adalah dia seperti dikutuk untuk menyembah sesuatu, maka aku bisa memaklumi itu. Karena toh, beberapa saat lalu aku adalah bagian dari yang disembahnya.
Hanya sedikit lucu bila mengingat semua hal-hal itu, serta sangat takjub ketika menyadari bagaimana hebatnya ALLAH membolak-balikkan hati manusia. Ketika Allah berkata kun fayakun. Siapa sangka semua yang kau milikki sekarang akan hilang dan lepas dari tanganmu? Siapa sangka apa yang tak kau miliki sebelumnya telah menjadi milikmu sepenuhnya?
Bandung, 23/10/12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar