Kamis, 27 Agustus 2015

Dhuha

Ruangan berdinding putih dengan cat merah muda pada pintu dan jendelanya terlihat begitu berantakan. Terang saja, setelah menginjakkan kaki di kamar, aku bahkan tak melakukan apa-apa selain merebahkan tubuhku yang terasa penat di kasur. Aku tertidur selama 8 jam. Ya!

Rasanya semalam aku beranjak meninggalkan kampus sekitar pukul 20.25 WIB dan butuh waktu beberapa menit untuk menunggu angkot yang menuju kosan. Angkot berwarna ungu dengan trayek terbatas itu memang tidak banyak dan tidak beroperasi hingga malam. Sangat beruntung bila di atas jam delapan masih menjumpai angkot dengan trayek Cisitu-Tegalega tersebut.

Aku bangkit dari tempat tidur dan meraih handphone yang tergeletak seenaknya di lantai. Ada beberapa pesan di BBM. Aku segera menghampiri cermin yang terpasang di dinding sebelah kanan dari posisi tempat tidur. Ya, kebiasaan rutin setelah bangun tidur, mengecheck hp dan bercermin. Terlihat mataku sedikit bengkak. “Pantas saja, aku menangis semalam,” batinku.

Segera melangkah menuju kamar mandi dan berwudhu karena waktu shubuh sudah masuk. Ada tempat tidur yang harus dirapikan, kamar berantakan yang harus segera kubersihkan, lantai yang harus disapu dan dipel, serta pakaian kotor yang harus segera dikumpulkan sebelum Teh Atikah menjemput untuk dicuci.

Jam tangan Casio berwarna emas milikku sudah menunjukkan pukul 08.35 ketika ada SMS masuk dari Teh Dina, dosen muda dari UNILA. “Oi, dimana eluu?  Buruan ke kampus. Dicari Pak Rama nooh!”. Dosen cantik nan bohay itu seperti biasa, mengirim sms dengan kata-kata “ngasal” nya. Gaya bicaranya yang ceplas ceplos membuat berbicara dengannya tak pernah bosan. Begitu juga bila kami sedang berdiskusi. Tak jarang, perbincangan kami berakhir dengan gelak tawa yang membuat perut terasa sakit karena tak kuat menahan geli. Tentu saja ia bisa menempatkan diri. Tidak pada semua orang dia berbicara seperti itu, hanya kepada kami yang notabene sudah dianggap adik olehnya. Seingatku, ia lebih tua 3 tahun dariku.

Aku langsung bergegas bersiap ke kampus. Tentu saja ada hal yang penting sampai Pak Rama, pembimbing dua tesisku, sudah mencariku di pagi hari.

Tok! Tok! Tok!
“Pak? Bapak nyari saya?”
Tanyaku sambil melongo ke ruangan pembimbingku.

“Darimana kamu jam segini baru datang? Mana ada mahasiswa S2 datangnya jam 10? Kelamaan dandan yaa?” Tanya beliau seenaknya.

“Yee, enak ajaa. Saya langsung ke kampus begitu tahu Bapak nyari saya. Ada apa ya Pak?”

“Pasti habis nangis ya? Mata kamu bengkak.” Tanya beliau sambil tetap berkutat dengan laptopnya.

Akupun menghela napas, “Iya Paak,, mikirin penelitiaan. Galau deh.”

“Eh iya Yu, soal Kit ELISA kamu, kalau kamu butuh segera, pesan saja dulu.”

“Duit dari mana Pak?  Kan kemaren udah saya bilang harganya 13 juta, harus pakai DP, duit saya belum ada, Kata Bapak duit Bapak juga belum ada,  lagian Bapak juga bilang penelitian saya harus pakai trigona. Berarti harus diatur lagi waktunya, harus disusun ulang. Belum lagi kalau ada yang gagal. Belum lagi kalau ada yang mati. Saya kan galau jadinya Pak”

“Kamu pesan aja, proposal saya tembus lagi, nanti kamu pesan aja dulu. Kalau kamu pakai trigona, saya bisa bantu dulu, jadi penelitian kamu nggak perlu di tunda, bisa dilakukan sesuai jadwal.”

“Weeh! Beneran Pak?”

Ada kelegaan luar bisa menyelimutiku pagi itu. Kemaren sore aku mendapati kenyataan bahwa aku harus sesegera mungkin membeli kit yang kubutuhkan. Semua sudah kuatur. Lamanya persiapan, perlakuan, kemungkinan pengulangan, penyiapan alat dan bahan dan lainnya. Dan kit yang harus indent itu tidak akan datang dalam waktu sebulan, butuh tiga bulan. Karena itu harus sesegera mungkin di pesan. Dan pakai DP. Tak pelak! Air mataku langsung “ngocor” begitu menyadari hal itu. Akupun memilih berkutat di lab dan menghabiskan waktu disana sebelum memutuskan pulang. Rasanya sakit begitu menyadari bahwa apa yang kita rencanakan berkemungkinan tidak berjalan mulus. 

Tak kurang sepuluh menit sebelum mendapat sms dari Teh Dina pagi itu, aku baru saja selesai melaksanakan sholat dhuha, meski tidak ingat, entahkah 2 rakaat atau 4 rakaat. Pagi itu rasanya begitu kalut hingga butuh mengadu agar bisa tenang dan meminta agar Dia memberikan jalan keluar. Aku kembali ingat pesan Bunda -saudara perempuan dari suami kakakku- ketika menelpon beberapa hari lalu.“Udah ya yu, Bunda jemput Nesa dan Dafa dulu, jangan lupa sholat Dhuha, biar jalan lu mudah.”
Aku menatap lekat schedule research yang telah kurancang beberapa minggu lalu. Bila semuanya sesuai dengan apa yang kurencanakan, tepat bulan Juli 2013 aku akan wisuda. Tapi jika tidak??? Sedih kembali menghantui sebelum akhirnya sms itu kubaca.

Dan begitulah.
Begitu keluar dari ruangan Pak Rama setelah pembicaraan lain mengenai penelitian dan tugas menyiapkan kuitansi yang harus ku urus, aku berhenti sejenak.
Mengucap syukur.
Alhamdulillah.
Pertolongan Allah memang nyata.
Aku tahu bahwa kakak dan abang sedang menyiapkan uang untuk penelitianku. Tapi tak kusangka bahwa aku butuh dana itu lebih cepat, lebih cepat dari perkiraanku.
Jika boleh jujur, tidak ada yang lebih membuatku galau selain kuliahku. Aku bahkan bisa sangat patah hati bila nilai yang kudapat tidak memuaskan. Rasanya ada kesalahan besar yang telah kulakukan. Atau aku akan merasa sangat bodoh bila pertanyaan yang seharusnya terjawab dengan mudah tidak bisa kuselesaikan.
Begitupun tentang penelitianku.

Hari itu aku seperti dicubit. Mungkin selama ini aku lalai. Kurang bersyukur. Waktuku habis terbuang untuk kuliah, belajar, shopping, hangout bersama teman-teman atau untuk tidur, sedangkan tak banyak waktu yang kusediakan untuk mendekatkan diri pada penguasa hidupku kecuali untuk sholat wajib atau sholat sunah sebelum shubuh.

Rasanya aku hanya butuh Allah ketika sedang sedih dan galau. Sementara seharusnya kita dekat padaNya tidak hanya karena dirundung sedih, seharusnya kita senantiasa dekat. Senantiasa ingat padaNya, senantiasa bersyukur.

Hari itu aku belajar sesuatu lagi, hingga kuputuskan untuk membiasakan sholat Dhuha. Awalnya memang sulit. Sulit untuk terbiasa. Takut telatlah. Takut dilihat orang. Takut dikira sok alim sementara style berhijab masih belum syar’I dan berbagai alasan yang aku yakin benar semua itu hanya bisikan setan. Awalnya memang sulit membiasakan. Seminggu dua kali sholat dhuha saja sudah syukur. Namun yang namanyaa manusia, kita tidak boleh berhenti belajar bukan? Apalah hebatnya kita bila selalu kalah oleh kesulitan atau rasa malas?

Perlahan sudah mulai sering dhuha setiap minggunya, hingga eng ing eeeeeeng, Alhamdulillah sekali, rasanya tidak ada hari yang terlewati tanpa dhuha. Ada rasa tidak nyaman bila tak mengawali hari tanpa dhuha. Eh ini serius! Dan rasa tidak enak itu buru-buru hilang begitu mengucap salam ketika mengakhiri sholat.

Ada begitu banyak kemudahan yang terjadi dalam hidupku begitu memutuskan membiasakan dhuha. Ada begitu banyak pertolongan Allah yang terasa begitu nyata. Selain itu, aku selalu ingat yang disampaikan ustadz Yusuf Mansur bahwa salah satu cara untuk menambah dan melancarkan rezeki adalah sholat dhuha. Rezeki bukan hanya soal uang ya, tapi kemudahan, kesehatan, teman-teman yang baik, ketenangan dan waktu lapang.

                                                            ***

Teman-temanku!
Tak peduli seperti apa masa lalu kita. Kita dulunya anak gaul yang suka keluyuran. Tak peduli bila dulunya masih sering meninggalkan sholat. Suka bolos kuliah. Masih ngelawan orang tua atau apapun.

Yang terpenting adalah masa depan kita, hidup kita ke depannya. Masa lalu bukan milik kita lagi. Satu-satunya yang menjadi milik kita adalah hari ini. Maka ayok mulai melakukan perubahan. Mari kita berproses. 

Yang terpenting adalah ke arah mana perubahan kita. Semakin baik? Diam di tempat atau semakin buruk ? Tidak sedikit loh teman-temanku yang dulunya alim, pendiam, sopan sekarang malah berubah menjadi alay, senang berkata-kata yang menusuk dan banyak omong. Bahkan beberapa teman yang sebelumnya berkerudung panjang malah mengganti style jilbab nya menjadi jilbab gaul.
Nah! Pilihan ada di tangan kita. Akan kemana kita? Akan seperti apa perubahan kita?

Abaikan saja suara-suara miring yang gencar berkomentar. Hidup kita, kita yang menjalani. Mari mulai membiasakan hal-hal baik. Apa yang kita lakukan hari ini, pilihan yang kita ambil hari ini, menentukan hasilnya di masa depan.

Teman-teman!
Mari membiasakan sholat dhuha.
Akupun masih berusaha menjaga agar semua ini semakin baik, bila sampai hari ini baru sesekali saja yang kulakukan hingga 8 rakaat, aku ingin nantinya terbiasa melakukan dhuha 8 rakaat. Setiap hari. Mungkin awalnya sulit. Tapi pasti bisa kan? Pasti kita bisa.

Jika pagi ini telah kalian lewatkan tanpa Dhuha, mari coba laksanakan mulai besok. Awali saja dulu dengan dua rakaat bila empat atau delapan terasa berat. Belajar memang tidak bisa instan kan?

Sedikit ceritaku di atas mungkin belum bisa mewakili apa manfaat yang kita rasakan jika membiasakan sholat dhuha. Tapi jika teman-teman belum tahu, berikut manfaat atau keutamaan bila kita melakukan dan membiasakan dhuha:

Pertama, orang yang shalat Dhuha akan diampuni dosa-dosanya oleh Allah. 
“Barangsiapa yang selalu mengerjakan shalat Dhuha niscaya akan diampuni dosa-dosanya walaupun sebanyak buih di lautan.” (HR. Turmudzi)

Kedua, barangsiapa yang menunaikan shalat Dhuha ia tergolong sebagai orang yang bertaubat kepada Alah. 
“Tidaklah seseorang selalu mengerjakan shalat Dhuha kecuali ia telah tergolong sebagai orang yang bertaubat.” (HR. Hakim).

Ketiga, orang yang menunaikan shalat Dhuha akan dicatat sebagai ahli ibadah dan taat kepada Allah. 
“Barangsiapa yang shalat Dhuha dua rakaat, maka dia tidak ditulis sebagai orang yang lalai. Barangsiapa yang mengerjakannya sebanyak empat rakaat, maka dia ditulis sebagai orang yang ahli ibadah. Barangsiapa yang mengerjakannya enam rakaat, maka dia diselamatkan di hari itu. Barangsiapa mengerjakannya delapan rakaat, maka Allah tulis dia sebagai orang yang taat. Dan barangsiapa yang mengerjakannya dua belas rakaat, maka Allah akan membangun sebuah rumah di surga untuknya.” (HR. At-Thabrani).

Keempat, orang yang istiqamah melaksanakan shalat Dhuha kelak ia akan masuk surga lewat pintu khusus, pintu Dhuha yang disediakan oleh Allah. 
“Sesungguhnya di dalam surga terdapat sebuah pintu bernama pintu Dhuha. Apabila Kiamat telah tiba maka akan ada suara yang berseru, ‘Di manakah orang-orang yang semasa hidup di dunia selalu mengerjakan shalat Dhuha? Ini adalah pintu buat kalian. Masuklah dengan rahmat Allah Subhanahu Wata’ala.” (HR. At-Thabrani).

Kelima, Allah menyukupkan rezekinya. 
“Wahai anak Adam, janganlah engkau merasa lemah dari empat rakaat dalam mengawali harimu, niscaya Aku (Allah) akan menyukupimu di akhir harimu.” (HR. Abu Darda`).

Keenam, orang yang mengerjakan shalat Dhuha ia telah mengeluarkan sedekah.
“Hendaklah masing-masing kamu bersedekah untuk setiap ruas tulang badanmu pada setiap pagi. Sebab tiap kali bacaan tasbih itu adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada yang ma’ruf adalah sedekah, mencegah yang mungkar adalah sedekah. Dan sebagai ganti dari semua itu, maka cukuplah mengerjakan dua rakaat sholat Dhuha.” (HR Muslim).

Ketujuh, dengan mengerjakan shalat Dhuha ada pahala besar berupa pahala seperti orang yang haji dan umrah yang diterima oleh Allah. Barangkali kemuliaan ini masih belum diketahui oleh banyak orang. 
“Barangsiapa shalat subuh dengan berjamaah, kemudian duduk berdizkir kepada Allah sampai matahari terbit, lalu shalat dua rakaat, dia mendapat pahala seperti haji dan umrah yang sempurna, sempurna, sempurna.” (HR. Turmudzi).

Untuk tata cara sholat dhuha yang benar, teman-teman  bisa mengikuti ini:
1.     Berniat untuk melaksanakan shalat sunat Dhuha setiap 2 rakaat 1 salam. Seperti biasa bahwa niat itu tidak harus dilafazkan, karena niat sudah dianggap cukup meski hanya di dalam hati.
2.     Membaca surah Al-Fatihah
3.     Membaca surah Asy-Syamsu (QS:91) pada rakaat pertama, atau cukup dengan membaca Qulya (QS:109) jika tidak hafal surah Asy-Syamsu itu.
4.     Membaca surah Adh-Dhuha (QS:93) pada rakaat kedua, atau cukup dengan membaca Qulhu (QS:112) jika tidak hafal surah Adh-Dhuha.
5.     Rukuk, iktidal, sujud, duduk dua sujud, tasyahud dan salam adalah sama sebagaimana tata cara pelaksanaan shalat fardhu.
6.     Menutup shalat Dhuha dengan berdoa. Inipun bukan sesuatu yang wajib, hanya saja berdoa adalah kebiasaan yang sangat baik dan dianjurkan sebagai tanda penghambaan kita kepada ALLAH.


Rasanya cukup tulisan mengenai sholat dhuha ini. Semoga apa yang ingin kusampaikan bisa terwakilkan melalui ini.

Mari membiasakan sholat dhuha!
Untuk yang sudah terbiasa, mari pertahankan dan kita tingkatkan jumlah rakaatnya.
Buat yang belum terbiasa, mari biasakan.
Untuk yang belum mulai, mari kita mulai.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar