Kamis, 26 November 2015

Sudah Berproseskah? (Untuk Mahasiswaku)

Sejatinya, sebuah proses dikatakan sukses apabila terdapat delta yang sangat besar antara sebelum dan sesudah proses tersebut. Delta perubahan tersebut diukur dalam rentang waktu tertentu.
Proses belajar pun juga dapat diukur dengan melihat perubahan yang terjadi pada peserta didik sebelum dan setelah prose situ dimulai.
Saya merupakan dosen angkatan pertama di prodi Biologi pada fakultas tempat saya mengajar. Prodi kami yang masih baru ini baru memiliki dua angkatan mahasiswa, 2014 dan 2015. Tidak terlalu banyak jumlah mahasiswanya, sehingga seharusnya tidak akan sulit mengontrol dan terlibat lebih agar mereka dapat berproses dengan baik sehingga nantinya menjadi sarjana yang tak dipandang sebelah mata.

Namun, harapan saya terlalu besar.
Mereka tidak seantusias itu dalam berproses. Khususnya  ini terlihat pada mereka yang sejak awal telah belajar dengan saya.
Semester 3. Rasanya sudah cukup untuk membentuk kebiasaan baru. Membuang perangai-perangai semasa SMA yang kadang nyeleneh dan jauh dari kata sopan.
Namun bagi mahasiswa saya yang tergolong ‘manja’ ini, proses yang seharusnya mereka jalani berjalan dengan tempo yang lambat.

Tentu saja ada yang sudah mulai terlihat memperbaiki sikap dan cara belajar. Ada dari mereka yang sudah mulai mengubah diri. Bersiap bertransformasi.
Jika pada awal semester 1 hanya datang, duduk dan keluar begitu kelas usai, sekarang sudah terlihat mau terlibat, mulai mencatat hal-hal penting yang diterima di kelas dan mulai serius memperhatikan.
Jika sebelumnya ujian selalu berusaha mencontek, sekarang sudah mulai duduk di barisan depan dan mengerjakan sendiri soal ujian atau kuis.
Sebuah perubahan yang patut diapresiasi.

Tidak sedikit dari mereka yang sejak awal sudah terlihat memiliki potensi. Memang memiliki minat yang besar terhadap proses belajar. Berusaha serius dalam mengerjakan setiap tugas. Terlibat dalam diskusi dan terlihat gusar begitu mendapat nilai yang kurang memuaskan.
Mereka golongan mahasiswa yang cenderung banyak bertanya karena ingin mengerti dan mengetahui lebih banyak.

Ada beberapa yang masih sibuk haha hihi petantang petenteng. Hanya memenuhi ruangan kelas. Cengengesan begitu ada hal yang dirasa lucu. Masuk kelas dengan tangan kosong dan duduk dengan santainya selama proses belajar berlangsung seolah semua yang dibahas sudah dikuasai dengan baik. Disaat teman-teman yang lain sibuk mencatat apa yang disampaikan agar tidak lupa, mahasiswa golongan ini bahkan tidak mengeluarkan selembar kertaspun. Entahlah apakah ia memiliki pulpen untuk menulis atau tidak.

Cukup banyak juga yang mengandalkan kemampuan mencontek dan melirik jawaban teman. Di kelas selalu diam namun agresif begitu ada kuis atau ujian. Sibuk berusaha mengeluarkan handphone dari tas untuk mencari jawaban dari pertanyaan yang seharusnya dijawab dengan apa yang diketahui oleh otak mereka.

Bahkan ada yang hanya semangat jika mengurus organisasi tapi letoy ketika berurusan dengan kuliah. Seolah kesuksesan ia berorganisasi akan menjamin ia lulus pada mata kuliah yang seharusnya diikuti dengan baik.

Entahlah kapan mereka baru akan tersentil dan menyadari bahwa apa yang mereka lakukan selama ini hanya membuang waktu dan umur saja. Mereka selalu lupa tugas dan kewajiban sebagai mahasiswa.

Semester 3 bukan lagi waktunya untuk bermalas-malasan. Sudah waktunya mulai meninggalkan kebiasaan lama yang salah dan mulai membentuk kebiasaan belajar. Mulai menjadikan belajar sebagai kebutuhan bukan sebagai kewajiban.

Entah kapan mereka akan mulai membawa tas yang berisi buku atau laptop.
Agak heran begitu mendengar mereka mengatakan tidak membawa laptop ke kampus. Bukankah waktu luang disela sela kelas yang satu dengan kelas yang lain dapat digunakan untuk browsing dan membaca? Bukan sekedar duduk-duduk atau mencontek laporan orang lain.

Tak kalah kagetnya begitu mengetahui bahwa mereka tidak punya satupun buku pegangan selain buku biologi SMA mereka.
Bagaimana mungkin mereka bisa belajar jika tidak memiliki sumber belajar apapun.
Dan hal itu terjadi bukan karena mereka tidak memiliki uang untuk membeli atau mengkopi buku. Tapi karena mereka tidak mau mencari buku yang dapat digunakan sebagai sumber bacaan dan karena mereka takut membaca buku berbahasa inggris.
Masih teringat ketika saya mulai kuliah, hal yang saya lakukan begitu melihat daftar mata kuliah yang akan saya ikuti adalah mencari buku-buku yang bisa saya gunakan sebagai sumber belajar.
Membelinya saya tak mampu. Karena harga buku baru tersebut cukup mahal. Karena itu saya memilih memfotokopi buku-buku tersebut.
Setidaknya saya punya satu buku untuk satu mata kuliah. Bahkan rasanya itu belum cukup, sehingga begitu ada tugas, perpustakaan akan menjadi tempat nongkrong favorit. Setiap minggunya saya meminjam buku dan mengkopi bahan-bahan penting dari buku tersebut.
Tapi itu saya dulu.
Mahasiswa saya tidak begitu.
Ada yang seperti itu tapi lebih banyak lagi yang cuek.
Puas belajar tanpa buku.
Tinggal download dan tugaspun beres.
Tidak perlu susah mencari bahan.
Tidak perlu sulit membaca buku lain.

Entahlah kapan mereka akan mulai berproses.
Entahlah kapan mereka akan mulai serius menjalani perkuliahan mereka.
Entahlah kapan mereka akan mulai sadar akan tugas dan kewajiban.

Ingin rasanya menyuruh mereka berdiam diri sejenak. Merenung dan memikirkan. Perubahan apa yang sudah terjadi pada diri mereka sejak semester pertama hingga saat ini. Sudah sejauh apa mereka berubah. Sudah sebesar apa mereka berproses. Sudah sekeras apa usaha mereka untuk memperbaiki kualitas diri? Sudahkah mereka berproses. Rasanya mereka memang perlu memikirkan hal tersebut. Agar tidak salah langkah terlalu jauh. Agar tidak membuang waktu terlalu banyak.

Tapi rasa terima kasih dan bangga tetap saya berikan kepada mereka yang tetap semangat belajar dan berproses.
Semoga Allah mudahkan jalan kalian.
Semoga Allah jauhkan kalian dari sifat malas.

Aamin.


1 komentar: