Sejatinya, sebuah proses dikatakan sukses apabila
terdapat delta yang sangat besar antara sebelum dan sesudah proses tersebut.
Delta perubahan tersebut diukur dalam rentang waktu tertentu.
Proses belajar pun juga dapat diukur dengan melihat
perubahan yang terjadi pada peserta didik sebelum dan setelah prose situ dimulai.
Saya merupakan dosen angkatan pertama di prodi
Biologi pada fakultas tempat saya mengajar. Prodi kami yang masih baru ini baru
memiliki dua angkatan mahasiswa, 2014 dan 2015. Tidak terlalu banyak jumlah
mahasiswanya, sehingga seharusnya tidak akan sulit mengontrol dan terlibat
lebih agar mereka dapat berproses dengan baik sehingga nantinya menjadi sarjana
yang tak dipandang sebelah mata.
Namun, harapan saya terlalu besar.
Mereka tidak seantusias itu dalam berproses.
Khususnya ini terlihat pada mereka yang
sejak awal telah belajar dengan saya.
Semester 3. Rasanya sudah cukup untuk membentuk
kebiasaan baru. Membuang perangai-perangai semasa SMA yang kadang nyeleneh dan
jauh dari kata sopan.
Namun bagi mahasiswa saya yang tergolong ‘manja’
ini, proses yang seharusnya mereka jalani berjalan dengan tempo yang lambat.
Tentu saja ada yang sudah mulai terlihat
memperbaiki sikap dan cara belajar. Ada dari mereka yang sudah mulai mengubah
diri. Bersiap bertransformasi.
Jika pada awal semester 1 hanya datang, duduk dan
keluar begitu kelas usai, sekarang sudah terlihat mau terlibat, mulai mencatat
hal-hal penting yang diterima di kelas dan mulai serius memperhatikan.
Jika sebelumnya ujian selalu berusaha mencontek,
sekarang sudah mulai duduk di barisan depan dan mengerjakan sendiri soal ujian
atau kuis.
Sebuah perubahan yang patut diapresiasi.
Tidak sedikit dari mereka yang sejak awal sudah
terlihat memiliki potensi. Memang memiliki minat yang besar terhadap proses
belajar. Berusaha serius dalam mengerjakan setiap tugas. Terlibat dalam diskusi
dan terlihat gusar begitu mendapat nilai yang kurang memuaskan.
Mereka golongan mahasiswa yang cenderung banyak
bertanya karena ingin mengerti dan mengetahui lebih banyak.
Ada beberapa yang masih sibuk haha hihi petantang
petenteng. Hanya memenuhi ruangan kelas. Cengengesan begitu ada hal yang dirasa
lucu. Masuk kelas dengan tangan kosong dan duduk dengan santainya selama proses
belajar berlangsung seolah semua yang dibahas sudah dikuasai dengan baik.
Disaat teman-teman yang lain sibuk mencatat apa yang disampaikan agar tidak
lupa, mahasiswa golongan ini bahkan tidak mengeluarkan selembar kertaspun.
Entahlah apakah ia memiliki pulpen untuk menulis atau tidak.
Cukup banyak juga yang mengandalkan kemampuan
mencontek dan melirik jawaban teman. Di kelas selalu diam namun agresif begitu
ada kuis atau ujian. Sibuk berusaha mengeluarkan handphone dari tas untuk
mencari jawaban dari pertanyaan yang seharusnya dijawab dengan apa yang
diketahui oleh otak mereka.
Bahkan ada yang hanya semangat jika mengurus
organisasi tapi letoy ketika berurusan dengan kuliah. Seolah kesuksesan ia
berorganisasi akan menjamin ia lulus pada mata kuliah yang seharusnya diikuti
dengan baik.
Entahlah kapan mereka baru akan tersentil dan
menyadari bahwa apa yang mereka lakukan selama ini hanya membuang waktu dan
umur saja. Mereka selalu lupa tugas dan kewajiban sebagai mahasiswa.
Semester 3 bukan lagi waktunya untuk
bermalas-malasan. Sudah waktunya mulai meninggalkan kebiasaan lama yang salah
dan mulai membentuk kebiasaan belajar. Mulai menjadikan belajar sebagai
kebutuhan bukan sebagai kewajiban.
Entah kapan mereka akan mulai membawa tas yang
berisi buku atau laptop.
Agak heran begitu mendengar mereka mengatakan tidak
membawa laptop ke kampus. Bukankah waktu luang disela sela kelas yang satu
dengan kelas yang lain dapat digunakan untuk browsing dan membaca? Bukan
sekedar duduk-duduk atau mencontek laporan orang lain.
Tak kalah kagetnya begitu mengetahui bahwa mereka
tidak punya satupun buku pegangan selain buku biologi SMA mereka.
Bagaimana mungkin mereka bisa belajar jika tidak
memiliki sumber belajar apapun.
Dan hal itu terjadi bukan karena mereka tidak
memiliki uang untuk membeli atau mengkopi buku. Tapi karena mereka tidak mau
mencari buku yang dapat digunakan sebagai sumber bacaan dan karena mereka takut
membaca buku berbahasa inggris.
Masih teringat ketika saya mulai kuliah, hal yang
saya lakukan begitu melihat daftar mata kuliah yang akan saya ikuti adalah
mencari buku-buku yang bisa saya gunakan sebagai sumber belajar.
Membelinya saya tak mampu. Karena harga buku baru
tersebut cukup mahal. Karena itu saya memilih memfotokopi buku-buku tersebut.
Setidaknya saya punya satu buku untuk satu mata
kuliah. Bahkan rasanya itu belum cukup, sehingga begitu ada tugas, perpustakaan
akan menjadi tempat nongkrong favorit. Setiap minggunya saya meminjam buku dan
mengkopi bahan-bahan penting dari buku tersebut.
Tapi itu saya dulu.
Mahasiswa saya tidak begitu.
Ada yang seperti itu tapi lebih banyak lagi yang
cuek.
Puas belajar tanpa buku.
Tinggal download dan tugaspun beres.
Tidak perlu susah mencari bahan.
Tidak perlu sulit membaca buku lain.
Entahlah kapan mereka akan mulai berproses.
Entahlah kapan mereka akan mulai serius menjalani
perkuliahan mereka.
Entahlah kapan mereka akan mulai sadar akan tugas
dan kewajiban.
Ingin rasanya menyuruh mereka berdiam diri sejenak.
Merenung dan memikirkan. Perubahan apa yang sudah terjadi pada diri mereka
sejak semester pertama hingga saat ini. Sudah sejauh apa mereka berubah. Sudah
sebesar apa mereka berproses. Sudah sekeras apa usaha mereka untuk memperbaiki
kualitas diri? Sudahkah mereka berproses. Rasanya mereka memang perlu
memikirkan hal tersebut. Agar tidak salah langkah terlalu jauh. Agar tidak
membuang waktu terlalu banyak.
Tapi rasa terima kasih dan bangga tetap saya berikan
kepada mereka yang tetap semangat belajar dan berproses.
Semoga Allah mudahkan jalan kalian.
Semoga Allah jauhkan kalian dari sifat malas.
Aamin.
Semangat buk ^^
BalasHapus