Rabu, 25 November 2015

Memori Lama Kita

Kutatap memori lama kita.
Satu persatu masih berbaris rapi di tempatnya.
Pada bagian kecil yang kusebut ‘masa lalu’
Semua tampak indah buatku.
Tak ada lagi penyesalan.
Tak ada lagi amarah
Tak ada lagi kecewa.
Semua lenyap dengan obat yang dihadiahkan oleh sang pemilik hati kita.
Semua hilang disapu sang bayu
Semua sirna dikikis sang waktu

Rasanya baru kemaren dihadirkan sebuah rasa diantara kita.
Yang membuat kita menabrak tembok yang sama sama kita bangun.
Melewati kesepakatan yang sama-sama kita langgar.
Kita membuat persahabatan itu bertransformasi.
Keputusan terburuk yang  pernah kita buat.
Sekaligus keputusan yang menjadi pembelajaran terbaik yang kau hadiahkan untukku.

Masih dapat kuingat ketika kita duduk dan menangis bersama.
Meratapi semua yang kita terima.
Sebagai orang-orang yang belum memiliki sesuatu untuk kita tunjukkan.
Tentang bagaimana hancurnya hati kita akan perlakuan yang kita terima.
Tentang bagaimana kita berusaha sabar menghadapi semuanya.
Saling menguatkan dan membesarkan hati.
Sembari berbisik agar Tuhan menjamah semua doa dan harapan kita.

Kita salah langkah.
Kita terlalu gegabah
Kita terjebak pada perasaan yang hadir karena rasa saling peduli yang begitu besar.
Sesuatu yang harusnya dari awal kita bunuh namun kita biarkan kian kuat.

Kutatap kembali memori lama kita.
Tentang bagaimana kita saling menopang.
Tentang bagaimana kita saling bergantung.
Tentang bagaimana kita saling mendorong.
Agar tetap kuat.
Agar tetap kokoh.
Agar tetap ada.
Agar tetap bersama.

Kutatap lagi memori lama kita.
Masa dimana kau memasuki duniaku dan memiliki tempat istimewa disana.
Berada diantara orang-orang yang kusayang.
Berdiri diantara mereka yang kumiliki.
Bersama dengan mereka yang selalu di dalam pandanganku.
Kubawa kau keduniaku.
Dan kubiarkan kau meninggalkan duniamu.
Sebuah keputusan salah yang kita biarkan terjadi.

Kita terluka. Kita kecewa. Pada dunia yang terkadang tak memihak.
Kita belum mengerti yang kita hadapi.
Kita belum paham yang akan kita jalani.
Bukan salah kau.
Bukan salah aku.
Kita hanya belum siap.
Kita hanya terlalu gegabah mengartikan semuanya.

Kutatap memori lama kita.
Satu persatu masih berbaris rapi di tempatnya.
Pada bagian kecil yang kusebut ‘masa lalu’
Semua tampak indah buatku.
Tak ada lagi penyesalan.
Tak ada lagi amarah
Tak ada lagi kecewa.
Perpisahan yang terjadi hanyalah cara Tuhan menegur kita.
Meminta kembali pada posisi kita dahulu.
Menjadi kau dan aku yang dulu.
Yang sama sama punya impian masing masing untuk diraih.


Kutatap memori lama kita.
Satu persatu masih berbaris rapi di tempatnya.
Pada bagian kecil yang kusebut ‘masa lalu’
Semua tampak indah buatku.
Tak ada lagi penyesalan.
Tak ada lagi amarah
Tak ada lagi kecewa.
Kita bahagia dengan hidup yang kita jalani.
Dengan pilihan yang kita ambil.
Hanya butuh satu lagi keberanian.
Hanya butuh satu lagi sikap satria.
Agar kita dapat saling bertegur sapa.
Mengingat lagi untuk sejenak,
Masa kau memanggil aku sahabat.
Masa aku memanggil mu sobat.
Masa dimana kita belum terluka oleh keputusan yang kita buat.
Hanya butuh satu lagi keberanian.
Hanya butuh satu lagi sikap satria.
Agar kita dapat saling bertegur sapa.

Ya.
Suatu saat nanti.
Semoga.


Selamat Ulang Tahun Ke 26.
Semoga Kau Selalu Bahagia.
Aamiin



Tidak ada komentar:

Posting Komentar