Senin, 02 November 2015

Ia yang Hadir dalam Diam



Ia hadir dalam diam.
Ia datang pada senja yang temaram.
Mengendap-endap perlahan, menyisip relung hati yang mulai kelam.
Dengan ritme  yang pelan dan tempo yang lambat, ia berpendar.
Menerangi sudut-sudut hampa yang mulai berdebu.
Memberi kehangatan pada dinding-dinding yang basah yang mulai membeku.
Ia hadir bak penyejuk pada tanah tanah gersang yang kian tandus.
Tanpa diundang.
Tanpa dinantikan.
Ia hadir kapan Penguasanya berkata “Hadir!”.
Tumbuh ketika Penguasanya berkata “Tumbuh!”
Sebagian menolak. Sisanya mensyukuri.
Sejatinya ia putih, tak bernoda karena ia anugerah.
Dan seyogyanya ia menentramkan, mendamaikan karena ia hadiah.
Namun harapan yang dibangun bertubi tubi akan hari esoknya membangun ilusi yang menipu.
Banyak yang karam dalam berharap. Tak sedikit yang hanyut dalam berangan.
Ia yang hadir dalam diam, yang mengendap perlahan, bukanlah penyakit yang mematikan.
Ia hanyalah ujian.
Jiwa yang rapuh kalah menghadapinya.
Jiwa yang kuat bersuka cita akan hadirnya.
Dan begitulah, orang orang menyebutnya CINTA.
Ia yang hadir dalam diam, yang mengendap-endap perlahan.

Banda Aceh, 2 November 2015
14.40 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar