Kusingkap sunyinya ruangan sesak itu dengan lantang.
Kunyanyikan nada-nada nyaring yang seharusnya di
dengar.
Ini itu tentang alam dan kehidupan.
Tentang ciptaan Tuhan.
Tentang bagaimana ini itu berjalan.
Tanganku menari.
Mengukir papan putih itu dengan rangakaian kata
yang seharusnya dibaca
Melukis rangkaian garis menjadi gambar yang penuh
makna
Kualihkan pandangan.
Menatap wajah mereka
Sembari terus mendendangkan nyanyian yang
seharusnya di dengar.
Ingin rasanya kuteriakkan suara hati
Tentang betapa inginnya diriku membuat mereka
mengerti
Membuat mereka membaca apa yang kubaca
Membuat mereka mendengar apa yang kudengar
Menyumbangkan apapun yang telah kutahu
Sayangnya.. kuasaku tak seluas itu.
Hanya dua tanganku
Hanya dua mataku
Hanya satu mulutku
Dayaku tak selapang gurun
Tenagaku tak sebesar gunung
Kutatap lagi mata-mata itu
Memandang lurus ke arahku
Sambil sesekali menatap ke arah coretan yang
mereka ukir
Seolah mengerti
Seolah paham
Seolah semua nyanyianku telah bersemayam dalam ingatan
mereka
Kuulang dan kuulang nyanyianku
Agar dapat mereka senandungkan bersamaku
Agar dapat mereka lagukan denganku
Sering rasanya kuajukan sebuah tanya
Mengertikah mereka dengan nyanyiaku
Terdengarkan nyanyianku
Pahamkah mereka?
Tak aka nada murka
Tak aka nada cacian
Jika nadaku belum bergetar
Bila laguku belum terdengar
Tak akan berat untuk mengulang,
Nada yang sama dengan riang
Agar laguku dapat didengar
Agar nyanyianku dihayati
Agar nadaku mampu diterima
Namun
Mereka tetaplah mereka
Yang selalu mampu bersandiwara
Memberikan angguk anggukan mantap mereka
Angguk angguk palsu mahasiswa
Jawaban untuk pertanyaan sederhana
Angguk angguk palsu mahasiswa
11 Nov 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar