Saya selalu
merasa antusias memulai perkuliahan di semester baru. Seperti mendapat celah
besar untuk melakukan hal yang saya suka. Ya! Saat itulah kesempatan untuk
mengajak mahasiswa saya untuk BERMIMPI..
Saya
mengajak mereka bermain imajinasi. Menghayal. Membayangkan hal-hal yang
indah-indah untuk hidup mereka.
Saya
meminta mereka menyediakan selembar kertas kosong dan sebuah alat tulis, dan
mulai menuliskan impian mereka pada secarik kertas. Dreamlist mereka!
Tentu saja
berkali-kali saya ingatkan mereka untuk memulai membayangkan impian tersebut
dengan mengingat Allah dan meluruskan niat. Karena sepemahaman saya, setiap
kita memperbaiki niat untuk melakukan sesuatu, Allah perbaiki keadaan kita.
Ada begitu banyak ekspresi yang saya tangkap ketika mereka
mulai menuliskan impian mereka.
Ada yang terlihat bingung. Menatap langit-langit dengan
tatapan nanar. Menggoyang-goyangkan pulpennya seolah itu akan memberinya ide
untuk ditulis.
Ada juga yang termenung menatap pojokan dengan tatapan sendu.
Tidak sedikit dari mereka yang tersenyum kecil seraya
menatap lembaran kertas yang baru saja mereka tulis. Seolah-olah ada hal
menggelikan yang telah mereka bayangkan untuk masa depan mereka.
Bahkan ada yang hanya mampu tertunduk lesu tanpa menuliskan
apapun bahkan setelah sekian menit berlalu.
Tentu saja ada yang mantap menggoreskan kata demi kata dan
merangkai impiannya pada kertas kosong tersebut.
Sembari menunggu mereka menyelesaikan tulisannya, saya terus
memberikan contoh yang bisa mereka tulis. Dari hal yang paling sederhana,
seperti mulai membiasakan sholat dhuha dan puasa Senin-Kamis atau terbiasa
bersedekan seribu rupiah perhari. Pendek kata, saya juga mengajak mereka untuk
membentuk kebiasaan baru yang ingin mereka lakukan untuk hidup mereka
kedepannya.
Saat itulah terlihat siapa yang sudah merencanakan masa
depannya dan siapa yang belum. Siapa yang berani bermimpi dan siapa yang masih
takut untuk bermimpi.
Namun pada akhirnya, begitu saya menyatakan waktu untuk
menulis telah habis. Di kertas mereka terdapat coretan-coretan mimpi yang ingin
mereka wujudkan.
Saya sadar, mereka masih rapuh. Masih gamang untuk bermimpi. Dipenuhi ketakutan akan banyak hal. Dipenuhi ketidapercayaan akan kemampuan sendiri. Penuh dengan keraguan akan jalan yang akan mereka tempuh.
Saya baca satu persatu impian mereka sembari menyelipkan “aamiin” untuk setiap impian yang berhasil mereka rangkai.
Tak lupa saya ceritakan apa yang pernah saya alami. Apa yang
pernah saya tulis tahun 2009 bersama teman-teman tercinta ketika masih menempuh
studi sarjana.
Kala itu, Saya dan dua orang teman saling berbalas surat
seolah-olah kami sudah berada di tahun 2013. Kami saling menceritakan bagaimana
kehidupan kami dan apa saja hal yang telah kami capai. Maha Kuasa Allah SWT, hampir semua yang saya
tulis disurat itu terwujud.
Seperti:
S1 selama 3,5 tahun.
Wisuda S1 bulan Maret 2011.
Setelah S1 lanjut S2
S2 di ITB dan selesai 1,5 tahun.
Selesai S2 langsung menjadi dosen biologi.
Ya! Hal tersebut pernah saya tulis ketika saya masih S1.
Hal-hal tersebut yang saya bayangkan untuk hidup saya ke depannya. Saya takjub
akan kebesaran Allah. Memang benar yang saya yakini selama ini. Apa yang kita
pikirkan adalah do’a.
Hingga saat inipun, saya terbiasa untuk menuliskan hal-hal
yang ingin saya lakukan, capai dan wujudkan. Dimulai dari hal remeh sekalipun.
Ada yang saya tempel di dinding kamar. Ada yang saya selipkan di Dream Book
saya. Bahkan ada yang saya catat pada aplikasi note di handphone. Saya memang
serempong itu dalam urusan bermimpi. Hihiihi….
Entahlah. Bagi saya, mimpi-mimpi tersebut mentenagai
hari-hari saya. Menjadi alarm kita jenuh mulai menghampiri. Menjadi cheerleader
ketika saya ingin menyerah.
Mengawal tahun baru inipun, saya kembali menghayal dan
membayangkan impian saya. Sembari mulai menuliskannya satu persatu. Banyak.
Detail.
Diantaranya, yang selalu menghantui saya adalah hasrat yang
begitu besar untuk segera melanjutkan studi doktoral di Australi. Ada kerinduan
yang begitu besar untuk kuliah lagi. Bergelut dengan laporan, deadline, jurnal
dan tugas kuliah. Bekerja di laboratorium dan menemukan sesuatu. Tidak ingin di
tempat lain. Di Australi. Keinginan itu sama besarnya ketika semasa S1 saya
ingin sekali melanjutkan studi S2 di ITB.
Ya! Tentu tidak akan puas sampai disitu. Saya ingin ada kata
PROF. mengawali nama saya nantinya. Dan besar keyakinan saya bahwa Allah SWT
akan memudahkan semuanya. Akan Allah hadiahkan jalan untuk mewujudkannya. Insya
Allah.
Kawan-kawan!
Mari bermimpi besar.
Mari bermimpi yang banyak.
Bermimpi itu gratis.
Saya selalu percaya bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Kita punya Allah SWT.
Ada Dia yang berkuasa atas segalanya. Yang dengan mudahnya
membuat sesuatu terjadi.
Dan saya juga selalu percaya bahwa:
Jika Allah SWT mengizinkan kita untuk memimpikan sesuatu,
itu karena Dia sudah mempersiapkan jalan untuk kita agar dapat mewujudkannya.
Dari Abu Hurairah ra. Berkata, bersabda
Rasulullah saw. : Allah berfirman : “Aku tergantung pada prasangka hamba-Ku,
dan Aku bersamanya jika ia mengingat-Ku; jika ia mengingat-Ku dalam jiwanya,
maka Aku mengingatnya dalam diri-Ku; dan jika ia mengingat-Ku dalam lintasan
pikirannya, niscaya Aku akan mengingat-Nya dalam pikirannya kebaikan darinya
(amal-amalnya); dan jika ia mendekat kepada-ku setapak, maka aku akan
mendekatkannya kepada-Ku sehasta; jika ia mendekat kepada-ku sehasta, maka aku
akan mendekatkannya kepada-ku sedepa; dan jika ia mendatangi-Ku dengan
berjalan, maka Aku akan menghampirinya dengan berlari. (Hadits riwayat Bukhari
dan Muslim).
Selamat Bermimpi Kawan!
Selamat Mewujudkan Impian!
Selamat Tahun Baru!
Semoga Tahun Ini Kita Menjadi Pribadi yang Lebih Baik dari
Sebelumnya.
Aamiin.
#ceritadosen
#dreamchaser
sukses terus ayu, semoga impiannya tercapai semua. dulu blog lama ayu serting baca waktu awal2 ayu bikin. banyak inspirasi dari ayu. kapan2 cerita2 yo yu. salut dengan kegigihan ayu. dari kuliah dulu :D
BalasHapusaamiin.. terima kasih saay... alhamdulilah.. senang rasanya kalau ada yang suka sama tulisan ayu. semoga bermanfaat. boleh.. ayuuk,, silahkan share kapanpun...
BalasHapus