Selasa, 20 Oktober 2015

Pengaruh Pestisida Diazinon pada Perkembangan Awal Embrio Bulu Babi (Resume)



Pencemaran lingkungan ibarat buah bibir di kalangan pemerintah maupun pemerhati lingkungan. Banyak seminar dan talkshow diselenggarakan untuk mengupas tuntas serta mencari solusi penanggulangan masalah lingkungan yang sedang booming. Namun, upaya gencar untuk menyelamatkan lingkungan tersebur ternyata juga beriringan dengan tindakan-tindakan yang dilakukan atas dasar kurangnya pengetahuan sehingga berdampak pada kerusakan lingkungan itu sendiri.

Seolah tak pernah kapok, penggunaan pestisida masih menjadi pilihan menarik bagi petani sebagai solusi untuk permasalahan dalam penanggulangan hama dan penyakit tanaman. Sayangnya, penggunaan pestisida ini terkadang dilakukan secara berlebihan sehingga menimbulkan akumulasi pestisida yang bermuara pada ekosistem perairan khususnya laut. Hal ini tentu saja berdampak pada organisme yang hidup di dalam perairan tersebut.

Salah satu teknik yang dapat dilakukan untuk memantau pengaruh kerusakan lingkungan khusunya berupa limbah buangan pada organisme perairan adalah dengan melihat tahap perkembangan awalnya.  Hal ini berdasarkan pada fakta yang menunjukkan bahwa organisme pada tahap perkembangan awal lebih peka terhadap pencemaran/polusi lingkungan dibanding pada tahap dewasa dari organisme tersebut.

Bulu babi (Echinometra mathaei) adalah salah satu organisme yang dapat dijadikan sebagai indikator kerusakan/pencemaran lingkungan. Ketersediaannya di alam, mudah untuk diambil serta pembentukan membran fertilisasi yang terlihat dengan jelas merupakan alasan penggunaan hewan ini sebagai indikator pencemaran lingkungan.

Diawali dengan mengambil sampel berupa bulu babi dewasa dengan tujuan agar gonad yang diambil adalah gonad yang benar-benar matang karena berukuran lebih besar sehingga memudahkan dalam pembedahan dan pengamatan. Gonad yang telah diambil dibedakan antara jantan dengan betina yang diketahu dari pengamata visual setelah gonad tersebut dioleskan pada kaca objek. Gonad betina ditandai dengan adanya butiran telur yang berukuran kecil dan transparan. Sedangkan gonad jantan akan mengeluarkan cairan putih seperti susu apabila dioleskan pada gelas objek. Sel kelamin jantan (sperma) dan sel kelamin betina (ovum) dari masing-masing gonad kemudian diambil dan dipisahkan untuk dilakukan fertilisasi (pembuahan) buatan. Fertilisasi dinyatakan berhasil apabila setelah pertemuan sperma dan ovum pada gelas arloji, terbentuk zigot yang ditandai dengan adanya membran fertiliasi.
Sel kelamin yang telah mengalami fertilisasi kemudian dibedakan menjadi 4 kelompok yang berbeda, dimana satu kelompk bertindak sebaga kelompok kontrol yang tidak diberi larutan pestisida diazinon, sedangkan 3 kelompok lainnya diberikan larutan diazinon dengan tiga dosis yang berbeda. Pemberian larutan diazinon ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian diazinon terhadap perkembangan embrio bulu babi. Jenis pestisida yang akan diberikan kepada bulu babi ini adalah jenis diazinon 60 EC yang biasa digunakan oleh petani sebagai pembasmi hama tanaman mereka.

Hasil perlakuan tersebut tentu saja bukan hal yang mengejutkan lagi, mengingat bahwa telah ada begitu banyak laporan dipublikasikan terkait dampak dan bahaya penggunaan pestisida secara berlebihan. Pemberian diazinon terbukti menyebabkan formasi yang terjadi pada perkembangan awal bulu babi menjadi tidak normal, selain itu, kelompok zigot yang diberi dosis diazinon paling tinggi menunjukkan jumlah larva yang paling sedikit dibanding dengan kelompok yang diberi dosis diazinon yang lebih rendah. Semakin besar dosis dan konsentrasi diazinon yang diberikan pada bulu babi, semakin sedikit pula jumlah larva yang berhasil terbentuk.


Resume Jurnal Ekoton Vol 2 No 1: 17-24, April 2002
Pengaruh Konsentrasi Sublethal Diazinon 60 EC Terhadap Perkembangan Awal Embrio Bulu Babi Echinometra mathaei.
Oleh :
Markus, T. Lasut.
Deiske A. Sumilat
Deddy T. Arbie

Tidak ada komentar:

Posting Komentar