Ketika kau sedang duduk
sendiri, pernahkah terpikir akan dosa-dosa yang pernah dibuat?
Ketika sedang
berkendara, pernahkah terpikir bahwa bisa saja ada kecelakaan yang menimpamu
kemudian kau terluka atau bahkan meninggal?
Ketika kau sedang
makan, pernahkah terpikir bahwa besok kau belum tentu bisa makan enak seperti
yang selalu kau makan setiap harinya?
Bukankah terkadang
disaat-saat tertentu setiap harinya kita sempat diingatkan tentang dosa oleh
Yang Maha Pengampun?
Akupun juga begitu.
Terkadang, ketika sedang mengajar tiba-tiba teringat, apakah benar ilmu yang
dibagikan kepada mahasiswa sudah tepat dan bermanfaat sehingga dapat menjadi
amal jariyah buatku?
Terkadang ketika sedang
berkendara, aku berpikir, apakah aku akan baik-baik saja di perjalanan ini. Rasa
gundah sekejap menghantui. Untuk itulah, terkadang aku akan terlihat seperti
sedang bicara sendiri ketika di perjalanan. Bukan! Aku hanya berusaha melafazkan
sesuatu yang mengagungkan keesaan Tuhanku.
Terkadang ketika sedang
seloonjoran di kamar, bersama dengan Reni sahabatku, kami sering membayangkan.
“Ya Allah, gimana lah
ya dosa kita? Hukuman paling ringan di neraka aja pakai sandal dari api,
mendidihnya sampai kepala!”
Lalu kami tiba-tiba
sama-sama merinding. Ketakutan lalu segera beristigfar.
Ya. Dosa dan pahala itu
memang urusan Allah SWT. Dia hakimnya. Tapi kita sebagai orang-orang yang pasti
pernah tersentuh pengetahuan agama atau bahkan ada yang memang mendalami bidang
agama ketika di bangku kuliah, pasti tahu betul mana perbuatan yang
mendatangkan dosa, dan mana perbuatan yang mendatangkan pahala.
Seperti halnya kau, akupun
begitu. Aku terkadang merasa ketakutan. Belum mampu rasanya diri ini
mempertanggungjawabkan semua. Setiap harinya berusaha memperbaiki diri.
Introspeksi lagi.
Kalau-kalau ada hak
orang yang tidak sengaja kumakan.
Kalau-kalau ada hak
orang yang tidak sengaja tidak kuberikan.
Kalau-kalau ada kata-kataku
yang menyinggung perasaan orang lain.
Kalau-kalau ada tindak
tandukku yang menyakiti orang lain.
Ya, aku yang bukan
seorang ustadzah. Hanya seseorang yang masih merasa pengetahuan agamanya kurang,
sudah ketakutan begitu ingat dosa yang sudah kuperbuat.
Lalu kenapa??
Kenapa ada orang yang sudah
banyak gelar pendidikannya…
Orang yang sudah
bertahun tahun hidup dan bergaul dengan orang lain…
Orang yang sudah memberi
ceramah sana sini..
Kenapa dia tega, bisa, mampu
dan sanggup menzholimi orang lain, memfitnah, membohongi, memakan hak dan
berniat jahat pada orang lain??
Ada apa ini???
Kemana perginya rasa
takut itu?
Kemana hilangnya rasa
takut itu?
Kemana kaburnya welas
asih itu?
Kemana larinya empati
itu?
Kemana sembunyi rasa
bersalah itu?
Kemana raibnya maaf
itu?
Kenapa ada orang yang
sanggup sedemikian rupa memutarbalikkan kata-kata sehingga orang-orang bodoh
percaya dan membuat orang lain terzholimi.
Kenapa ada orang yang
tega merencanakan hal busuk untuk orang lain?
Dimanakah letaknya
Allah ketika itu Kau lakukan?
Tak pernahkah
terpikirkan, ketika menuruni tangga bisa jadi kakinya tak bisa menapak dengan
baik sehingga kepala terbentur? Sakit, lupa ingatan atau meninggal?
Tak pernahkah terlintas
dipikiran bahwa esok belum tentu bisa dilihat?
Bukankah dosa yang
dilakukan sendiri saja sudah sangat berat untuk dipertanggungjawabkan? Kenapa
harus menambahkan saham dosa dengan melibatkan orang-orang disekitar?
Bukankah pemahaman
agama kita seharusnya menjadi pengetahuan untuk orang lain?
Bukankah pengalaman
hidup kita menjadi pelajaran untuk orang lain?
Bukankah seharusnya
ilmu yang kita peroleh menjadi pemberitahuan untuk orang lain?
Bukankah seharusnya tindak
tanduk kita menjadi pengingat untuk orang lain?
Bukankah seharusnya
semua kebaikan kita menjadi contoh untuk orang lain?
Bukankah hidup
seharusnya seperti itu?
Bukankah hidup
seharusnya diisi dengan hal-hal baik?
Agama bukanlah sebuah
cover.
Maka jangan jadikan
agama sebagai tameng untuk dapat berbuat keburukan baik pada diri sendiri maupun
orang lain.
Sholat seharusnya bukan
sebagai pencitraan.
Maka sholatlah karena
ada yang Maha Melihat, bukan karena ingin dilihat oleh orang lain.
Pendidikan seharusnya
bukan sebatas prestise.
Maka tunjukkanlah
tindak tanduk yang merepresentasikan bahwa benar kita telah terdidik dan
terpelajar.
Kutulis ini dengan
berkali-kali menyeka air mata yang mengalir di pipi. L L
Aku. Bukanlah manusia
tanpa dosa. Ada begitu banyak dosa yang kulakukan sejak mulai menjadi
penanggungjawab atas perbuatanku sendiri hingga saat ini. Namun, setiap
harinya, sebisa mungkin. Sesering mungkin. Kutengadahkan tangan kehadapan Rabb
ku, meminta ampun atas segala dosa-dosa yang kulakukan. Tidak lupa kuselipkan
doa agar Dia menjauhkan aku dari dosa dan menzholimi orang lain. Aku belum
sanggup. Menanggung dosaku sendiri. Pun demikian jika harus menanggung dosa
karena menzholimi orang lain. Aku takut.
Kutulis ini dengan
perasaan campur aduk. Seraya berbisik lirih agar Rabbku mengabulkan
permintaanku.
“Ya Allah, sungguh hanya Engkau seadil-adilnya hakim.
Yang akan menimbang tanpa melihat apa dan siapa. Yang akan menilai
dengan seksama.
Sungguh hanya Engkau sebaik-baiknya penolong. Yang tak akan pernah
berhenti menyelamatkan hambaMu dari kesulitan dan kesusahan. Hanya engkau yang
akan selalu ada disaat orang-orang lain tak mampu dan tak mau lagi untuk ada.
Sungguh hanya engkau yang Maha Mengetahui isi hati manusia.
Maka mohon ampuni dosa-dosaku, dosa kedua orang tuaku dan dosa
orang-orang yang menyayangiku. Jauhkan aku dari kekufuran
Lindungi aku dari segala marabahaya.
Lindungi aku dari segala niat buruk manusia.
Ya Allah, berilah aku dan orang-orang yang menyayangiku umur yang
panjang dan berkah agar bisa melakukan lebih banyak kebaikan. Agar dapat
memohon ampun kepadaMu.
Beri aku kesabaran ketika aku dizholimi. Beri aku kekuatan untuk tetap
sabar menghadapi hal-hal buruk yang ditimpakan manusia padaku. Beri aku
ketabahan untuk menghadapi semuanya. Jangan biarkan aku lalai dalam
mengingatMu.
Jangan biarkan aku dendam atas semua perlakuan manusia.
Sungguh hanya engkau yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Maka mohon ampuni mereka dan tegurlah mereka agar berhenti dari
melakukan perbuatan zholim.”
Aamiin ya Rabbal Alamiin.
Kawan-kawan!
Semua perbuatan kita, baik
ataupun buruk, besar ataupun kecil akan dipertanggungjawabkan ketika pulang kampung
ke akhirat nanti.
Seperti janji Allah
SWT:
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia
akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar
dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula”. (Al zalzalah 7-8)
Bila kau berada
dalam kondisi yang dizholim orang lain, manfaatkan kesempatan itu. Tadahkan
tanganmu. Memintalah pada yang senang bila kau meminta padaNya. Berdoalah.
Karena doamu akan didengarkan. Doamu akan dihijabahNya.
Jangan berkecil
hati. Ingatlah selalu ayat dibawah ini:
“Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (An Nisa 148)”
Dan perkataan
Rasululllah SAW berikut:
Hati-hatilah terhadap doa orang yang terzalimi,
kerana tidak ada suatu penghalang pun antara doa tersebut dan Allah.” (HR
Bukhari).
Selamat pagi!
Selamat beraktivitas!
Semoga hari ini lebih
baik dari hari kemarin
Dan semoga hari esok
lebih baik daripada hari ini.
Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar