Selasa, 20 Oktober 2015

Agama Bukanlah Sebuah Cover!



Ketika kau sedang duduk sendiri, pernahkah terpikir akan dosa-dosa yang pernah dibuat?
Ketika sedang berkendara, pernahkah terpikir bahwa bisa saja ada kecelakaan yang menimpamu kemudian kau terluka atau bahkan meninggal?
Ketika kau sedang makan, pernahkah terpikir bahwa besok kau belum tentu bisa makan enak seperti yang selalu kau makan setiap harinya?

Bukankah terkadang disaat-saat tertentu setiap harinya kita sempat diingatkan tentang dosa oleh Yang Maha Pengampun?
Akupun juga begitu. Terkadang, ketika sedang mengajar tiba-tiba teringat, apakah benar ilmu yang dibagikan kepada mahasiswa sudah tepat dan bermanfaat sehingga dapat menjadi amal jariyah buatku?
Terkadang ketika sedang berkendara, aku berpikir, apakah aku akan baik-baik saja di perjalanan ini. Rasa gundah sekejap menghantui. Untuk itulah, terkadang aku akan terlihat seperti sedang bicara sendiri ketika di perjalanan. Bukan! Aku hanya berusaha melafazkan sesuatu yang mengagungkan keesaan Tuhanku.
Terkadang ketika sedang seloonjoran di kamar, bersama dengan Reni sahabatku, kami sering membayangkan.
“Ya Allah, gimana lah ya dosa kita? Hukuman paling ringan di neraka aja pakai sandal dari api, mendidihnya sampai kepala!”
Lalu kami tiba-tiba sama-sama merinding. Ketakutan lalu segera beristigfar.

Ya. Dosa dan pahala itu memang urusan Allah SWT. Dia hakimnya. Tapi kita sebagai orang-orang yang pasti pernah tersentuh pengetahuan agama atau bahkan ada yang memang mendalami bidang agama ketika di bangku kuliah, pasti tahu betul mana perbuatan yang mendatangkan dosa, dan mana perbuatan yang mendatangkan pahala.

Seperti halnya kau, akupun begitu. Aku terkadang merasa ketakutan. Belum mampu rasanya diri ini mempertanggungjawabkan semua. Setiap harinya berusaha memperbaiki diri. Introspeksi lagi.
Kalau-kalau ada hak orang yang tidak sengaja kumakan.
Kalau-kalau ada hak orang yang tidak sengaja tidak kuberikan.
Kalau-kalau ada kata-kataku yang menyinggung perasaan orang lain.
Kalau-kalau ada tindak tandukku yang menyakiti orang lain.

Ya, aku yang bukan seorang ustadzah. Hanya seseorang yang masih merasa pengetahuan agamanya kurang, sudah ketakutan begitu ingat dosa yang sudah kuperbuat.
Lalu kenapa??
Kenapa ada orang yang sudah banyak gelar pendidikannya…
Orang yang sudah bertahun tahun hidup dan bergaul dengan orang lain…
Orang yang sudah memberi ceramah sana sini..
Kenapa dia tega, bisa, mampu dan sanggup menzholimi orang lain, memfitnah, membohongi, memakan hak dan berniat jahat pada orang lain??
Ada apa ini???
Kemana perginya rasa takut itu?
Kemana hilangnya rasa takut itu?
Kemana kaburnya welas asih itu?
Kemana larinya empati itu?
Kemana sembunyi rasa bersalah itu?
Kemana raibnya maaf itu?

Kenapa ada orang yang sanggup sedemikian rupa memutarbalikkan kata-kata sehingga orang-orang bodoh percaya dan membuat orang lain terzholimi.
Kenapa ada orang yang tega merencanakan hal busuk untuk orang lain?
Dimanakah letaknya Allah ketika itu Kau lakukan?
Tak pernahkah terpikirkan, ketika menuruni tangga bisa jadi kakinya tak bisa menapak dengan baik sehingga kepala terbentur? Sakit, lupa ingatan atau meninggal?
Tak pernahkah terlintas dipikiran bahwa esok belum tentu bisa dilihat?
Bukankah dosa yang dilakukan sendiri saja sudah sangat berat untuk dipertanggungjawabkan? Kenapa harus menambahkan saham dosa dengan melibatkan orang-orang disekitar?

Bukankah pemahaman agama kita seharusnya menjadi pengetahuan untuk orang lain?
Bukankah pengalaman hidup kita menjadi pelajaran untuk orang lain?
Bukankah seharusnya ilmu yang kita peroleh menjadi pemberitahuan untuk orang lain?
Bukankah seharusnya tindak tanduk kita menjadi pengingat untuk orang lain?
Bukankah seharusnya semua kebaikan kita menjadi contoh untuk orang lain?
Bukankah hidup seharusnya seperti itu?
Bukankah hidup seharusnya diisi dengan hal-hal baik?

Agama bukanlah sebuah cover.
Maka jangan jadikan agama sebagai tameng untuk dapat berbuat keburukan baik pada diri sendiri maupun orang lain.

Sholat seharusnya bukan sebagai pencitraan.
Maka sholatlah karena ada yang Maha Melihat, bukan karena ingin dilihat oleh orang lain.

Pendidikan seharusnya bukan sebatas prestise.
Maka tunjukkanlah tindak tanduk yang merepresentasikan bahwa benar kita telah terdidik dan terpelajar.

Kutulis ini dengan berkali-kali menyeka air mata yang mengalir di pipi. L L
Aku. Bukanlah manusia tanpa dosa. Ada begitu banyak dosa yang kulakukan sejak mulai menjadi penanggungjawab atas perbuatanku sendiri hingga saat ini. Namun, setiap harinya, sebisa mungkin. Sesering mungkin. Kutengadahkan tangan kehadapan Rabb ku, meminta ampun atas segala dosa-dosa yang kulakukan. Tidak lupa kuselipkan doa agar Dia menjauhkan aku dari dosa dan menzholimi orang lain. Aku belum sanggup. Menanggung dosaku sendiri. Pun demikian jika harus menanggung dosa karena menzholimi orang lain. Aku takut.

Kutulis ini dengan perasaan campur aduk. Seraya berbisik lirih agar Rabbku mengabulkan permintaanku.
Ya Allah, sungguh hanya Engkau seadil-adilnya hakim.
Yang akan menimbang tanpa melihat apa dan siapa. Yang akan menilai dengan seksama.
Sungguh hanya Engkau sebaik-baiknya penolong. Yang tak akan pernah berhenti menyelamatkan hambaMu dari kesulitan dan kesusahan. Hanya engkau yang akan selalu ada disaat orang-orang lain tak mampu dan tak mau lagi untuk ada.
Sungguh hanya engkau yang Maha Mengetahui isi hati manusia.
Maka mohon ampuni dosa-dosaku, dosa kedua orang tuaku dan dosa orang-orang yang menyayangiku. Jauhkan aku dari kekufuran
Lindungi aku dari segala marabahaya.
Lindungi aku dari segala niat buruk manusia.
Ya Allah, berilah aku dan orang-orang yang menyayangiku umur yang panjang dan berkah agar bisa melakukan lebih banyak kebaikan. Agar dapat memohon ampun kepadaMu.
Beri aku kesabaran ketika aku dizholimi. Beri aku kekuatan untuk tetap sabar menghadapi hal-hal buruk yang ditimpakan manusia padaku. Beri aku ketabahan untuk menghadapi semuanya. Jangan biarkan aku lalai dalam mengingatMu.
Jangan biarkan aku dendam atas semua perlakuan manusia.
Sungguh hanya engkau yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Maka mohon ampuni mereka dan tegurlah mereka agar berhenti dari melakukan perbuatan zholim.”
Aamiin ya Rabbal Alamiin.

Kawan-kawan!
Semua perbuatan kita, baik ataupun buruk, besar ataupun kecil akan dipertanggungjawabkan ketika pulang kampung ke akhirat nanti.
Seperti janji Allah SWT:
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula”. (Al zalzalah 7-8)

Bila kau berada dalam kondisi yang dizholim orang lain, manfaatkan kesempatan itu. Tadahkan tanganmu. Memintalah pada yang senang bila kau meminta padaNya. Berdoalah. Karena doamu akan didengarkan. Doamu akan dihijabahNya.
Jangan berkecil hati. Ingatlah selalu ayat dibawah ini:

“Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (An Nisa 148)”

Dan perkataan Rasululllah SAW berikut:
Hati-hatilah terhadap doa orang yang terzalimi, kerana tidak ada suatu penghalang pun antara doa tersebut dan Allah.” (HR Bukhari).

Selamat pagi!
Selamat beraktivitas!
Semoga hari ini lebih baik dari hari kemarin
Dan semoga hari esok lebih baik daripada hari ini.
Aamiin.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar