Rabu, 02 Desember 2015

Don’t Skip Your Phase!

Sudah seharusnya sebuah fase dalam kehidupan kita dijalani dengan baik dan sesuai.
Ketika menjadi anak-anak, hiduplah seperti anak-anak. Berpakaianlah seperti anak-anak. Bermain dengan bebas bersama teman-teman. Berlarian kesana kemari tanpa beban. Belajar ini itu agar tahu banyak hal. Khas anak-anak. Seperti pada masa bersekolah di SD. Belajar sambil bermain.

Ketika menjadi remaja, masa-masa ketika menduduki bangku SMP dan SMA, bersikaplah seperti seorang remaja. Berpakaianlah seperti remaja. Sibuklah berteman-teman. Mulai belajar berorganisasi. Menunjukkan kemampuan agar diakui. Mulai tertarik dengan lawan jenis. Belajar bahasa baru agar bertambah pengetahuan. Mulai berlatih menjadi remaja yang aktif dan banyak prestasi.

Ketika masuk kuliah, mahasiswa haruslah mulai lebih mandiri. Mulai serius mengikuti kegiatan organisasi tanpa mengabaikan kegiatan wajib perkuliahan. Belajar membagi waktu dengan baik agar terbiasa menjadi mahasiswa yang multitasking. Aktif.
Belajar memimpin sebuah kelompok kecil. Belajar mengkoordinir sebuah kepanitian. Belajar untuk menjadi seseorang yang didengarkan dan mendengarkan. Belajar untuk mengemban tanggungjawab. Agar nantinya ketika menamatkan kuliah, mahasiswa tersebut sudah memiliki berbagai pengalaman. Menjadi yang dipimpin atau yang memimpin. Bukan hanya duduk diam dan menjadi yang terlupakan. Bukan hanya berdiri di luar lingkaran dan menjadi yang terabaikan.

Jika sebuah kehidupan berjalan dengan baik dan sesuai, jika tidak ada fase hidup yang terskip, maka manusia tersebut akan tumbuh dan berkembang dengan baik.
Namun, jika ada fase hidup yang tidak dijalani dengan baik, jika ada fase hidup yang terskip, maka untuk selanjutnya manusia tersebut akan berkembang dengan tidak wajar. Tidak jarang ia akan ‘menjemput’ masa yang pernah ia lewatkan.

Perhatikan saja di sekitar. Apakah ada kau lihat wanita berumur 40 tahun yang berpakaian seperti gadis remaja?
Apakah ada laki-laki tua yang bertindak seperti pemuda umur 20an?
Pernahkah kau lihat orang yang baru memimpin lalu bertindak semena-mena?

Semua itu terjadi karena mereka tidak melewati fase hidupnya dengan baik.
Ketika remaja, mereka tidak bersikap seperti remaja.
Tidak melakukan hal-hal yang sewajarnya dilakukan oleh seorang remaja.
Ketika orang lain belajar memimpin dan berorganisasi, ia hanya menjadi orang yang tak berpengaruh. Ada atau tidaknya ia tak pernah diperhatikan oleh orang sekitar.
Mereka tidak berproses dengan baik ketika seharusnya mereka berproses.

Mendengar sebuah cerita tentang seseorang yang memiliki jabatan mengomentari cara seniornya mengelola sebuah unit kerja.
Anda terlalu demokratis.
Saya tidak suka cara Anda memimpin.
Bagi saya, pemimpin haruslah keras dan tegas.
Kalau iya, iya. Kalau tidak ya tidak.
Tidak perlu terlalu banyak mendengar saran dari bawahan.
Dengan begitu akan jelas siapa atasan siapa bawahan. Harus ada bedanya antara pemimpin dengan bawahan.
Jika ada yang tidak suka dengan keputusan yang diambil. Singkirkan! Dengan begitu tidak akan ada yang mengganggu”.

Bukankah sangat disayangkan. Seseorang yang masih sangat muda yang seharusnya berpikiran terbuka dan maju, justru memiliki paham yang begitu kuno.
Sebuah sistem yang demokratis dianggap salah dengan alasan tidak menunjukkan batas yang jelas antara pemimpin dengan yang dipimpin.
Sebuah sistem yang diktator dianggap sebagai cara yang benar dalam memimpin.

Sepertinya ada yang gagal paham. Ada yang gagal belajar ketika seharusnya ia belajar banyak. Sepertinya ada yang di masa mudanya hanya berdiri di luar lingkaran dan memandang dari jauh, sehingga begitu ia berada dalam lingkaran, tidak tahu cara bertindak yang benar. Lalu apa yang ia lakukan? Ia meniru yang paling mudah dititu. Meniru yang selama ini terlihat. Tidak paham apakah yang ditiru benar atau tidak. Tidak mengerti apakah yang dilakukan baik atau tidak. Tidak tahu apakah cara yang dipilih tepat atau tidak.

Masa yang sudah terlewati tidak akan pernah dapat dikembalikan. Fase yang sudah terskip tidak akan pernah dapat di rewind. Namun yang pasti, kita masih punya waktu untuk menjalani hari ini dengan baik dan sesuai agar dapat mendewasa dengan baik. Menua dengan benar. Agar tidak ada lagi fase-fase hidup yang terlewatkan.

Be good.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar