Sudah seharusnya
sebuah fase dalam kehidupan kita dijalani dengan baik dan sesuai.
Ketika menjadi
anak-anak, hiduplah seperti anak-anak. Berpakaianlah seperti anak-anak. Bermain
dengan bebas bersama teman-teman. Berlarian kesana kemari tanpa beban. Belajar
ini itu agar tahu banyak hal. Khas anak-anak. Seperti pada masa bersekolah di
SD. Belajar sambil bermain.
Ketika menjadi
remaja, masa-masa ketika menduduki bangku SMP dan SMA, bersikaplah seperti
seorang remaja. Berpakaianlah seperti remaja. Sibuklah berteman-teman. Mulai
belajar berorganisasi. Menunjukkan kemampuan agar diakui. Mulai tertarik dengan
lawan jenis. Belajar bahasa baru agar bertambah pengetahuan. Mulai berlatih
menjadi remaja yang aktif dan banyak prestasi.
Ketika masuk kuliah,
mahasiswa haruslah mulai lebih mandiri. Mulai serius mengikuti kegiatan
organisasi tanpa mengabaikan kegiatan wajib perkuliahan. Belajar membagi waktu
dengan baik agar terbiasa menjadi mahasiswa yang multitasking. Aktif.
Belajar memimpin
sebuah kelompok kecil. Belajar mengkoordinir sebuah kepanitian. Belajar untuk
menjadi seseorang yang didengarkan dan mendengarkan. Belajar untuk mengemban
tanggungjawab. Agar nantinya ketika menamatkan kuliah, mahasiswa tersebut sudah
memiliki berbagai pengalaman. Menjadi yang dipimpin atau yang memimpin. Bukan
hanya duduk diam dan menjadi yang terlupakan. Bukan hanya berdiri di luar
lingkaran dan menjadi yang terabaikan.
Jika sebuah kehidupan
berjalan dengan baik dan sesuai, jika tidak ada fase hidup yang terskip, maka
manusia tersebut akan tumbuh dan berkembang dengan baik.
Namun, jika ada fase
hidup yang tidak dijalani dengan baik, jika ada fase hidup yang terskip, maka
untuk selanjutnya manusia tersebut akan berkembang dengan tidak wajar. Tidak
jarang ia akan ‘menjemput’ masa yang pernah ia lewatkan.
Perhatikan saja di
sekitar. Apakah ada kau lihat wanita berumur 40 tahun yang berpakaian seperti
gadis remaja?
Apakah ada laki-laki
tua yang bertindak seperti pemuda umur 20an?
Pernahkah kau lihat
orang yang baru memimpin lalu bertindak semena-mena?
Semua itu terjadi
karena mereka tidak melewati fase hidupnya dengan baik.
Ketika remaja, mereka
tidak bersikap seperti remaja.
Tidak melakukan
hal-hal yang sewajarnya dilakukan oleh seorang remaja.
Ketika orang lain
belajar memimpin dan berorganisasi, ia hanya menjadi orang yang tak
berpengaruh. Ada atau tidaknya ia tak pernah diperhatikan oleh orang sekitar.
Mereka tidak
berproses dengan baik ketika seharusnya mereka berproses.
Mendengar sebuah
cerita tentang seseorang yang memiliki jabatan mengomentari cara seniornya
mengelola sebuah unit kerja.
“Anda terlalu demokratis.
Saya tidak suka cara Anda memimpin.
Bagi saya, pemimpin haruslah keras dan tegas.
Kalau iya, iya. Kalau tidak ya tidak.
Tidak perlu terlalu banyak mendengar saran dari bawahan.
Dengan begitu akan jelas siapa atasan siapa bawahan. Harus ada bedanya
antara pemimpin dengan bawahan.
Jika ada yang tidak suka dengan keputusan yang diambil. Singkirkan!
Dengan begitu tidak akan ada yang mengganggu”.
Bukankah sangat
disayangkan. Seseorang yang masih sangat muda yang seharusnya berpikiran
terbuka dan maju, justru memiliki paham yang begitu kuno.
Sebuah sistem yang
demokratis dianggap salah dengan alasan tidak menunjukkan batas yang jelas
antara pemimpin dengan yang dipimpin.
Sebuah sistem yang diktator
dianggap sebagai cara yang benar dalam memimpin.
Sepertinya ada yang
gagal paham. Ada yang gagal belajar ketika seharusnya ia belajar banyak.
Sepertinya ada yang di masa mudanya hanya berdiri di luar lingkaran dan
memandang dari jauh, sehingga begitu ia berada dalam lingkaran, tidak tahu cara
bertindak yang benar. Lalu apa yang ia lakukan? Ia meniru yang paling mudah
dititu. Meniru yang selama ini terlihat. Tidak paham apakah yang ditiru benar
atau tidak. Tidak mengerti apakah yang dilakukan baik atau tidak. Tidak tahu apakah
cara yang dipilih tepat atau tidak.
Masa yang sudah
terlewati tidak akan pernah dapat dikembalikan. Fase yang sudah terskip tidak
akan pernah dapat di rewind. Namun yang pasti, kita masih punya waktu untuk
menjalani hari ini dengan baik dan sesuai agar dapat mendewasa dengan baik.
Menua dengan benar. Agar tidak ada lagi fase-fase hidup yang terlewatkan.
Be good.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar