Setiap menjelang
praktikum, mahasiswa akan diberikan beberapa pertanyaan yang harus mereka jawab
yang berhubungan dengan praktikum yang akan dilaksanakan, baik itu berupa
materi, tata cara kerja serta alat dan bahan yang akan digunakan. Tentu saja
pertanyaan tersebut akan dinilai oleh asisten praktikum dan mempengaruhi nilai
akhir semester tersebut. Sehingga mahasiswa akan berusaha menghafal materi yang
akan ditanyakan agar mendapat nilai yang bagus.
Hal tersebut juga
saya rasakan ketika masih menjadi mahasiswa program sarjana. Menjelang
praktikum, saya dan teman teman akan komat kamit menghafal semua yang tertera
pada penuntun praktikum. Berusaha semaksimal mungkin agar dapat mengingat apa
saja berkaitan dengan praktikum hari itu. Mereka yang tidak sempat belajar
tentu saja akan kelihatan gusar. Berharap soal yang akan dikeluarkan adalah hal
hal yang akan mampu mereka jawab. Yang sedikit ‘culas’ akan mempersiapkan cheat sheet atau bahkan mengorbankan
tangan mereka untuk ditulisi hal-hal yang sulit mereka ingat.
Di suatu pagi
menjelang praktikum, saya dan teman-teman sudah berdiri di depan pintu
laboratorium agar dapat segera masuk begitu pintu di buka dan mendapat tempat
duduk yang nyaman untuk menjawab soal-soal kuis yang akan diberikan 5-10 menit
awal praktikum. Saya mendapat tempat di dekat jendela. Teman-teman lain juga
sudah terlihat nyaman dengan posisi duduk mereka. Beberapa masih ada yang sibuk
mencari tempat kosong, karena memang untu mengerjakan kuis kami harus duduk
dengan jarak 1-1,5 meter agar tidak saling mencontek.
Tepat setelah semua
peserta praktikum mendapatkan posisi untuk mengerjakan soal kuis, salah seorang
asisten praktikum mula bergerilya dari praktikan yang satu ke praktikan yang
lain. Mengecek satu persatu kertas yang akan digunakan. Sepertinya ia mencoba
memastikan bahwa kertas tersebut kosong, bebas dari contekan.
Saya memperhatikan
asisten prakitikum tersebut. Dia terlihat sangat lihai dalam memeriksa
praktikan. Melihat telapak tangan praktikan, memeriksa pensil case, hingga memeriksa
ujung kerudung praktikan.
Dalan hati bertanya “Apa
hubungannya ujung kerudung dengan contekan?”.
Pertanyaan saya
tersebut terjawab ketika semester 7, yang juga merupakan semester terakhir saya
menjadi mahasiswa pada kampus tersebut, ketika saya mengambil mata kuliah
evolusi dan asisten praktikum tersebut juga mengambil mata kuliah yang sama.
Ujian akhir mata kuliah tersebut dilaksanakan pada sebuah lab dengan tujuan
agar ujian dapat berlangsung dengan tertib karena jarak tempat duduk mahasiswa
yang cukup berjarak dapat mencegah mahasiswa untuk saling mencontek.
Ketika itu, saya
duduk disamping kiri asisten praktikum tersebut, jarak kami sekitar 2 meter,
namun saya dapat melihat dengan jelas apa yang ia lakukan selama mengerjakan
ujian.
Gerak geriknya
terlihat mencurigakan. Posisi duduknya sering berganti. Namun ia tidak pernah
sekalipun celingak celinguk kiri kanan seperti orang mencontek pada umumnya.
Perlahan dia menggulung lengan bajunya yang panjang, terdapat kertas persegi
panjang berukuran 4 x 3 cm yang penuh dengan tulisan. Ya! Dia menyimpan
contekan di balik lengan bajunya. Tidak hanya itu, dia membalikan ujung
kerudungnya yang sebelumnya menjulur menutupi dada. Dan benar saja! Terdapat kertas
contekan pada ujung kerudungnya yang diberi peniti agar menempel kuat.
Luar biasa!
Dia benar-benar lihai
mencontek.
Aku baru mengerti
kenapa ia terlihat begitu lihai ketika memeriksa praktikan yang hendak
melakukan praktikum. Dia berpikir seperti apa yang ia lakukan. Dia memeriksa
contekan pada tempat-tempat yang biasa ia gunakan sebagai tempat menyimpan
contekan.
***
Memang sudah seperti
itu. Orang akan berpikir seperti apa yang ia lakukan.
Orang yang senang
berorientasi uang akan berpikiran bahwa orang lain juga berorientasi uang.
Orang yang dapat
pekerjaan dengan bantuan jurus-jurus KKN akan berpikiran bahwa orang lain juga
mendapat pekerjaan dengan cara seperti itu.
Orang yang sering
menggunjingkan orang lain akan mati ketakutan melihat orang lain berkumpul-kumpul,
karena ia merasa orang lain juga sedang membicarakan dirinya.
Realita….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar