Senin, 07 Desember 2015

Sampah-Sampah Saintek!



Setiap pagi begitu sampai di Fakultas Sains dan Teknologi (Saintek), saya selalu berpapasan dengan beberapa orang perempuan yang bertugas menyapu dan membersihkan gedung tersebut. Terkadang bertemu mereka disaat mereka sedang menyapu. Terkadang bertemu mereka begitu mereka sedang duduk di bawah pohon di depan gedung fakultas, berarti mereka telah selesai mengerjakan tugas mereka.

Gedung yang digunakan sebagai gedung Fakultas Saintek sebenarnya gedung museum UIN yang dipinjamkan kepada fakultas sainstek dan Fakultas Psikologi selagi gedung untuk fakultas tersebut dibangun. Kemungkinan besar gedung tersebut rampung awal tahun depan.

Beberapa bulan lalu, di suatu pagi sebelum menaiki tangga menuju ruangan prodi, sempat bercakap-cakap dengan salah seorang perempuan yang bertugas menyapu pada gedung tersebut.
“Buk, ruangan prodi ini belum di sapu ya?” tanyaku padanya.
“ Maaf Bu, belum sempat. Kami tadi membersihkan lantai bawah dulu, kalau ada waktu baru menyempatkan menyapu lantai atas.” Jawabnya tegas.
“Oh, begitu ya Bu. Pantes. Kemaren rasanya ruangan prodi juga tidak disapu”. Balasku.
“Iya Bu, sebenarnya kami tidak ditugaskan untuk menyapu di saintek, hanya ditugaskan di bawah. Kami menyapu di atas karena kasian daripada kotor tidak ada yang nyapu”, terangnya.
“Oh gitu, terima kasih ya Bu’.

Sejak percakapan itu, saya tidak pernah lagi berharap mereka ke lantai atas untuk menyapu ruangan prodi. Mereka menyempatkan untuk menyapu lantai 2 adalah sesuatu yang sudah saya syukuri, mengingat mereka tidak di bayar untuk melakukan itu.

Sampai hari ini saya masih melihat mereka menyapu di lantai 2, di gedung saintek. Entahkah sudah dibayar untuk menyapu ruangan di fakultas Saintek atau belum saya tidak tahu. Tapi yang jelas karena keberadaan mereka maka ruangan prodi, kelas dan semua ruangan yang merupakan bagian dari Fakultas Saintek tetap bersih.

Namun sayangnya kebersihan itu tidak pernah bertahan lama. Tepat setelah mahasiswa berdatangan maka ruangan mulai terlihat berantakan dan kotor. Kursi yang telah disusun mulai tak beraturan letaknya. Lantai yang sebelumnya bebas sampah mulai dipenuhi sampah, baik itu sampah kertas, bungkus makanan, botol air mineral, dan sampah lainnya.

Mereka seolah tidak merasa bersalah membuang sampah seenaknya walaupun tempat sampah terdapat hampir di setiap pojok gedung ini. Begitu selesai makan, bungkus makanan dibiarkan tergeletak di lantai. Begitu selesai mengelap keringat dengan tisu, mereka seenaknya membuang bekas tisu tersebut di lantai. Begitu selesai membaca koran yang sengaja di letakan di atas meja untuk dibaca, lembaran koran tersebut akan berserakan, tidak lagi berurutan.

Sesekali saya ambil sampah yang ditemui begitu saya berjalan kemudian memasukkannya ke dalam tong sampah dengan harapan apa yang saya lakukan diikuti oleh mahasiswa lain. Sayangnya tidak. Apa yang saya lakukan hanya dilihat seadanya. Dan sampah tetaplah menjadi sampah yang berserakan.

Tidak sulit kok membiasakan untuk tidak membuang sampah sembarangan. Cukup dengan menumbuhkan rasa malu sebagai orang yang berpendidikan. Seharusnya malu apabila berpendidikan tinggi namun masih memiliki kebiasaan seperti orang yang tidak sekolah.

Jika mau membentuk kebiasaan baru, bukanlah sesuatu yang mustahil untuk dilakukan. Belum terlambat untuk membentuk kebiasaan baru. Belum terlambat untuk mulai berubah dan menjadi manusia yang lebih baik.

Teruntuk mahasiswa saya yang sedang giat berproses, sudahilah membuah sampah sembarangan. Sudahilah mengotori lantai dengan sampah kertas atau bekas makananmu.
Mulailah melakukan perubahan. Mulailah membiasakan membuang sampah pada tempat yang telah disediakan.

Buanglah sampah pada tempatnya!
Tunjukkan kalau kalian semua well educated.
Okay.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar