Selasa, 27 Oktober 2015

Selamat Berproses Mahasiswaku



Randi perlahan bangkit dari tempat tidurnya. Dengan mata yang setengah mengantuk diliriknya jam bermotif bola yang digantung pada sisi dinding yang dipenuhi foto-foto lama bahkan yang terbaru.
“Alhamdulillah, masih jam setengah empat rupanya, masih bisa tahajud dulu,” bisiknya lirih.
Kembali, diliriknya dinding yang dihiasi foto-foto penuh kenangan tersebut. Satu persatu ditatapnya wajah-wajah mereka yang tampak tak asing. Ada, Eki, Nelda, Yana, Diana, Rizqan dan teman-teman lain semasa menempun program sarjana.
“Apa kabar mereka sekarang ya?” gumamnya.
Disamping foto semasa S1 tersebut, juga terpasang beberapa foto Randi bersama adik-adik dan kedua orang tuanya. Tak lupa dipajangnya foto ketika toga hitam dikenakan sewaktu wisuda dulu. Ya, 3 tahun berlalu semenjak ia dinyatakan lulus dan menjadi sarjana.

Randi menarik kursi kayu bewarna coklat yang disandarkan ke dinding. Matanya menatap lekat foto wisuda tersebut. Ia kembali merecall memori semasa mengikuti awal perkuliahan di sebuah kampus islam di kota Banda Aceh tersebut. Masa-masa dimana ada pergolakan batin yang luar biasa. Ada perjuangan yang luar biasa melawan kebiasaan belajar yang salah dan malas tak terkira. Dia tersenyum sendiri sembari menggelengkan kepala. Seolah teringat betapa tidak baiknya apa yang dilakukan dulu.

“Jangan hanya menjadi mahasiswa pemenuh ruangan kelas!”.
Kalimat itu yang sering digaungkan oleh salah seorang dosen disana. Dosen yang selalu cerewet menasehati Randi dan teman-temannya. Yang kadang bisa sangat marah melihat Randi dan teman-teman seperjuangannya mencontek.  
“Kalau begini cara kalian belajar, saya jamin kalian tidak akan menjadi siapa-siapa. Saya jamin kalian tidak akan menjadi apapun yang kalian impikan. Jadi tolong! Berubahlah! Perbaiki semuanya. Tolong ingat tugas dan kewajiban kalian sebagai mahasiswa. Tolong ingat susahnya orang tua kalian mencarikan biaya untuk menafkahi kalian agar bisa kuliah. Tolong ingat itu!”

Kata-kata yang berkali-kali diucapkan oleh dosen tersebut kembali memenuhi benak Randi. Memang tidak mengenakkan untuk didengar. Menusuk. Menampar. Tapi penuh dengan harapan sekaligus nasehat. Harapan agar mahasiswanya memperbaiki segala kebiasaan yang salah dan mulai menyadari kewajiban sebagai mahasiswa. Nasehat agar mahasiswanya selalu mengingat jerih payah orang tua ketika rasa mala situ mulai menghantui.

Bukan tanpa dampak. “Kalau begini cara kalian belajar, saya jamin kalian tidak akan menjadi siap-siapa!”.  Kalimat tersebut seolah menjadi takdir bagi Randi yang kala itu begitu kesal mendengarnya.
“Memangnya dia Tuhan? Sampai bisa meramal masa depan orang lain?”
Itulah respon yang dibisikkan kepada Andi temannya yang juga tertohok mendengar celotehan sang dosen kala itu. Saking kesalnya, Randi menceritakan hal tersebut kepada ibunya yang datang dari kampung. Sang ibunda tak bicara banyak, hanya tersenyum sembari mengeluarkan kata-kata bijaknya.
“Kalau mau mematahkan ramalan dosenmu, coba buktikan sama beliau. Kamu tunjukkan kalau kamu bisa menjadi apa yang kamu cita-citakan.”

Dan begitulah. Randi yang masih tak terima mendengar perkataan sang dosen perlahan mulai membuktikan bahwa ia masih punya masa depan. Ia akan menjadi seseorang.

Dan benar saja. Sekarang ia menjadi senior di bagian research and development di sebuah perusahaan farmasi yang besar dan terkenal di Jakarta. Sesuai dengan passionnya yang menyenangi bekerja di laboratorium. Pengalaman melakukan berbagai analisis semasa S1 dipergunakannya sebagai bekal ketika melamar pekerjaan. Pengetahuan di bidang biologi yang mumpuni menjadi senajata ampuh untuk menaklukan interviewer ketika di wawancara. Tanpa ragu, iapun diterima begitu pertama kali mengajukan lamaran setelah dinyatakan lulus kuliah. Tentu saja berbagai seminar dan kegiatan organisasi yang pernah diikuti menjadi salah satu hal yang dipertimbangkan oleh perusahaan tersebut. Kemampuannya berbahasa asing yang tidak bisa dipandang sebelah mata juga menjadi poin penting. Soal gaji? Jangan ditanya. Tentu saja ia mendapatkan bayaran yang sesuai dengan kinerja dan pengalamannya. Dia berhasil membuktikan bahwa ia menjadi seseorang. Kariernya melesat dengan cepat untuk seseorang yang baru bekerja selama 3 tahun. Dia puas dengan pencapainnya sekarang. Menafkahi adik-adik dan orang tuanya seakan menjadi hal yang mudah dilakukan.

Amat sulit dulunya bagi Randi untuk mencerna perkataan sang dosen. Baginya yang dulu masih dangkal dalam berpikir, itu semacam ramalan akan masa depannya. Namun, sekian tahun berlalu. Akhirnya dengan mantap ditemukannya makna dari kalimat yang sebenarnya cukup sederhana itu.
Harus ada perubahan sikap dan kebiasaan agar impian itu tercapai.
Harus ada perbaikan sikap dan kebiasaan agar cita-cita itu terwujud.
Tidak dengan hanya ketawa-ketiwi di ruangan kelas.
Tidak hanya datang, duduk dan manggut-manggut di kursi paling belakang.
Tidak hanya mencontek laporan dan ujian dari teman lain.
Tidak hanya membaca semalam sebelum ujian.
Tidak hanya petantang petenteng di kampus sambil memainkan gadget.
Tidak hanya sibuk seliweran sana sini untuk mengurus organisasi.
Tidak hanya duduk-duduk di kampus sambil memperhatikan mahasiswa lain.
Tidak.
Bukan itu yang harusnya dilakukan oleh seorang mahasiswa ketika menempuh studinya. Bukan itu.
Seorang mahasiswa harusnya ingat tugas dan kewajiban yang diembannya. Mahasiswa haruslah ingat bahwa ada harapan orang tua dan keluarga yang diletakkan di pundak mereka. Mahasiswa haruslah ingat bahwa kuliah adalah kesempatan terakhir untuk memperbaiki diri dan membentuk kepribadian sebelum terjun ke dunia kerja. Maka seyogyanyalah mereka memanfaatkan masa perkuliahan tersebut dengan sebaik-baiknya.

Bukan berarti mereka harus menjadi kutu buku dan melupakan masa mudanya. Tidak. Tidak sesadis itu.
Mereka memang secara bertahap harus belajar membagi waktu. Mereka dapat nenggunakan weekday mereka untuk kuliah dan belajar dengan serius. Dan memanfaatkan weekend untuk refreshing atau berorganisasi. Mengerjakan tugas tanpa menunggu deadline tentu saja menjadi awal yang bagus. Membaca materi sebelum perkuliahan dimulai juga tak kalah bagusnya. Selain itu mereka juga dapat mengikuti berbagai seminar dan pelatihan yang tentu saja member banyak manfaat untuk perkembangan pengetahuan dan pola piker mereka.

Banyak hal. Banyak hal yang dapat dilakukan oleh mahasiswa sebagai usaha untuk memperbaiki diri dan belajar. Bukan hanya di dalam kelas. Tapi juga di luar kelas bahkan mungkin di luar kampus.

Menjadi mahasiswa dapat menjadi sebuah fase yang sangat menyenangkan jika mereka tahu bagaimana cara memanfaatkan dan menggunakannya. Bahkan jika mereka memiliki keberanian lebih, mencari uang dapat dimulai ketika berada dalam tahap ini. Belajar menafkahi diri sendiri. Entahlah dengan cara menjadi tentor, guru private atau part timer di cafĂ©.  Tidak perlu malu atau gengsi. Selama pekerjaan sampingan yang dilakukan bukan mencuri atau menipu orang lain, tidak ada yang perlu ditakutkan. Mencari uang semasa kuliah tidak melulu menunjukkan bahwa mereka kekurangan uang, tapi lebih kepada pembuktian bahwa mereka sudah memiliki pemikiran yang lebih jauh ketimbang teman-teman lain. Bahwa mereka sudah lebih berani dibanding teman-teman.

Karena menjadi mahasiswa S1 hanya sekali.
Karena memiliki umur 19-22 tahun hanya akan sekali seumur hidup.
Karena waktu tidak akan pernah bisa kita ulang kembali.
Maka mari mulai perbaiki semuanya.
Mulailah menjadi mahasiswa yang siap untuk berubah.
Mulailah perlahan menjadi mahasiswa yang siap untuk sukses.
Nikmati prosesnya.
Fokus pada tujuan.
Kuliah tidak semenyebalkan yang kalian bayangkan.
Kuliah tidak sesulit yang kalian pikirkan.
Jika kuliah sesulit itu, tak aka nada orang yang ingin kuliah lagi.
Percayalah, kalian akan merindukan masa-masa ini.
Maka mari buat hal-hal indah untuk kalian kenang.
Jangan sampai masa-masa ini akan kalian sesali nantinya.

Ingat: kalian hari ini adalah hasil pilihan dan perbuatan kalian beberapa tahun lalu. Kalian kuliah di kampus kalian sekarang adalah hasil dari pilihan dan proses kalian sebelumnya.
Dan, apa yang kalian lakukan dan pilih hari ini, menentukan seperti apa kalian beberapa tahun ke depan.
Jadi, kalian siap untuk menentukan masa depan kalian???


SELAMAT BERPROSES MAHASISWAKU.
I LOVE YOU ALL.



Senin, 26 Oktober 2015.

Selasa, 20 Oktober 2015

Pengaruh Pestisida Diazinon pada Perkembangan Awal Embrio Bulu Babi (Resume)



Pencemaran lingkungan ibarat buah bibir di kalangan pemerintah maupun pemerhati lingkungan. Banyak seminar dan talkshow diselenggarakan untuk mengupas tuntas serta mencari solusi penanggulangan masalah lingkungan yang sedang booming. Namun, upaya gencar untuk menyelamatkan lingkungan tersebur ternyata juga beriringan dengan tindakan-tindakan yang dilakukan atas dasar kurangnya pengetahuan sehingga berdampak pada kerusakan lingkungan itu sendiri.

Seolah tak pernah kapok, penggunaan pestisida masih menjadi pilihan menarik bagi petani sebagai solusi untuk permasalahan dalam penanggulangan hama dan penyakit tanaman. Sayangnya, penggunaan pestisida ini terkadang dilakukan secara berlebihan sehingga menimbulkan akumulasi pestisida yang bermuara pada ekosistem perairan khususnya laut. Hal ini tentu saja berdampak pada organisme yang hidup di dalam perairan tersebut.

Salah satu teknik yang dapat dilakukan untuk memantau pengaruh kerusakan lingkungan khusunya berupa limbah buangan pada organisme perairan adalah dengan melihat tahap perkembangan awalnya.  Hal ini berdasarkan pada fakta yang menunjukkan bahwa organisme pada tahap perkembangan awal lebih peka terhadap pencemaran/polusi lingkungan dibanding pada tahap dewasa dari organisme tersebut.

Bulu babi (Echinometra mathaei) adalah salah satu organisme yang dapat dijadikan sebagai indikator kerusakan/pencemaran lingkungan. Ketersediaannya di alam, mudah untuk diambil serta pembentukan membran fertilisasi yang terlihat dengan jelas merupakan alasan penggunaan hewan ini sebagai indikator pencemaran lingkungan.

Diawali dengan mengambil sampel berupa bulu babi dewasa dengan tujuan agar gonad yang diambil adalah gonad yang benar-benar matang karena berukuran lebih besar sehingga memudahkan dalam pembedahan dan pengamatan. Gonad yang telah diambil dibedakan antara jantan dengan betina yang diketahu dari pengamata visual setelah gonad tersebut dioleskan pada kaca objek. Gonad betina ditandai dengan adanya butiran telur yang berukuran kecil dan transparan. Sedangkan gonad jantan akan mengeluarkan cairan putih seperti susu apabila dioleskan pada gelas objek. Sel kelamin jantan (sperma) dan sel kelamin betina (ovum) dari masing-masing gonad kemudian diambil dan dipisahkan untuk dilakukan fertilisasi (pembuahan) buatan. Fertilisasi dinyatakan berhasil apabila setelah pertemuan sperma dan ovum pada gelas arloji, terbentuk zigot yang ditandai dengan adanya membran fertiliasi.
Sel kelamin yang telah mengalami fertilisasi kemudian dibedakan menjadi 4 kelompok yang berbeda, dimana satu kelompk bertindak sebaga kelompok kontrol yang tidak diberi larutan pestisida diazinon, sedangkan 3 kelompok lainnya diberikan larutan diazinon dengan tiga dosis yang berbeda. Pemberian larutan diazinon ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian diazinon terhadap perkembangan embrio bulu babi. Jenis pestisida yang akan diberikan kepada bulu babi ini adalah jenis diazinon 60 EC yang biasa digunakan oleh petani sebagai pembasmi hama tanaman mereka.

Hasil perlakuan tersebut tentu saja bukan hal yang mengejutkan lagi, mengingat bahwa telah ada begitu banyak laporan dipublikasikan terkait dampak dan bahaya penggunaan pestisida secara berlebihan. Pemberian diazinon terbukti menyebabkan formasi yang terjadi pada perkembangan awal bulu babi menjadi tidak normal, selain itu, kelompok zigot yang diberi dosis diazinon paling tinggi menunjukkan jumlah larva yang paling sedikit dibanding dengan kelompok yang diberi dosis diazinon yang lebih rendah. Semakin besar dosis dan konsentrasi diazinon yang diberikan pada bulu babi, semakin sedikit pula jumlah larva yang berhasil terbentuk.


Resume Jurnal Ekoton Vol 2 No 1: 17-24, April 2002
Pengaruh Konsentrasi Sublethal Diazinon 60 EC Terhadap Perkembangan Awal Embrio Bulu Babi Echinometra mathaei.
Oleh :
Markus, T. Lasut.
Deiske A. Sumilat
Deddy T. Arbie

Agama Bukanlah Sebuah Cover!



Ketika kau sedang duduk sendiri, pernahkah terpikir akan dosa-dosa yang pernah dibuat?
Ketika sedang berkendara, pernahkah terpikir bahwa bisa saja ada kecelakaan yang menimpamu kemudian kau terluka atau bahkan meninggal?
Ketika kau sedang makan, pernahkah terpikir bahwa besok kau belum tentu bisa makan enak seperti yang selalu kau makan setiap harinya?

Bukankah terkadang disaat-saat tertentu setiap harinya kita sempat diingatkan tentang dosa oleh Yang Maha Pengampun?
Akupun juga begitu. Terkadang, ketika sedang mengajar tiba-tiba teringat, apakah benar ilmu yang dibagikan kepada mahasiswa sudah tepat dan bermanfaat sehingga dapat menjadi amal jariyah buatku?
Terkadang ketika sedang berkendara, aku berpikir, apakah aku akan baik-baik saja di perjalanan ini. Rasa gundah sekejap menghantui. Untuk itulah, terkadang aku akan terlihat seperti sedang bicara sendiri ketika di perjalanan. Bukan! Aku hanya berusaha melafazkan sesuatu yang mengagungkan keesaan Tuhanku.
Terkadang ketika sedang seloonjoran di kamar, bersama dengan Reni sahabatku, kami sering membayangkan.
“Ya Allah, gimana lah ya dosa kita? Hukuman paling ringan di neraka aja pakai sandal dari api, mendidihnya sampai kepala!”
Lalu kami tiba-tiba sama-sama merinding. Ketakutan lalu segera beristigfar.

Ya. Dosa dan pahala itu memang urusan Allah SWT. Dia hakimnya. Tapi kita sebagai orang-orang yang pasti pernah tersentuh pengetahuan agama atau bahkan ada yang memang mendalami bidang agama ketika di bangku kuliah, pasti tahu betul mana perbuatan yang mendatangkan dosa, dan mana perbuatan yang mendatangkan pahala.

Seperti halnya kau, akupun begitu. Aku terkadang merasa ketakutan. Belum mampu rasanya diri ini mempertanggungjawabkan semua. Setiap harinya berusaha memperbaiki diri. Introspeksi lagi.
Kalau-kalau ada hak orang yang tidak sengaja kumakan.
Kalau-kalau ada hak orang yang tidak sengaja tidak kuberikan.
Kalau-kalau ada kata-kataku yang menyinggung perasaan orang lain.
Kalau-kalau ada tindak tandukku yang menyakiti orang lain.

Ya, aku yang bukan seorang ustadzah. Hanya seseorang yang masih merasa pengetahuan agamanya kurang, sudah ketakutan begitu ingat dosa yang sudah kuperbuat.
Lalu kenapa??
Kenapa ada orang yang sudah banyak gelar pendidikannya…
Orang yang sudah bertahun tahun hidup dan bergaul dengan orang lain…
Orang yang sudah memberi ceramah sana sini..
Kenapa dia tega, bisa, mampu dan sanggup menzholimi orang lain, memfitnah, membohongi, memakan hak dan berniat jahat pada orang lain??
Ada apa ini???
Kemana perginya rasa takut itu?
Kemana hilangnya rasa takut itu?
Kemana kaburnya welas asih itu?
Kemana larinya empati itu?
Kemana sembunyi rasa bersalah itu?
Kemana raibnya maaf itu?

Kenapa ada orang yang sanggup sedemikian rupa memutarbalikkan kata-kata sehingga orang-orang bodoh percaya dan membuat orang lain terzholimi.
Kenapa ada orang yang tega merencanakan hal busuk untuk orang lain?
Dimanakah letaknya Allah ketika itu Kau lakukan?
Tak pernahkah terpikirkan, ketika menuruni tangga bisa jadi kakinya tak bisa menapak dengan baik sehingga kepala terbentur? Sakit, lupa ingatan atau meninggal?
Tak pernahkah terlintas dipikiran bahwa esok belum tentu bisa dilihat?
Bukankah dosa yang dilakukan sendiri saja sudah sangat berat untuk dipertanggungjawabkan? Kenapa harus menambahkan saham dosa dengan melibatkan orang-orang disekitar?

Bukankah pemahaman agama kita seharusnya menjadi pengetahuan untuk orang lain?
Bukankah pengalaman hidup kita menjadi pelajaran untuk orang lain?
Bukankah seharusnya ilmu yang kita peroleh menjadi pemberitahuan untuk orang lain?
Bukankah seharusnya tindak tanduk kita menjadi pengingat untuk orang lain?
Bukankah seharusnya semua kebaikan kita menjadi contoh untuk orang lain?
Bukankah hidup seharusnya seperti itu?
Bukankah hidup seharusnya diisi dengan hal-hal baik?

Agama bukanlah sebuah cover.
Maka jangan jadikan agama sebagai tameng untuk dapat berbuat keburukan baik pada diri sendiri maupun orang lain.

Sholat seharusnya bukan sebagai pencitraan.
Maka sholatlah karena ada yang Maha Melihat, bukan karena ingin dilihat oleh orang lain.

Pendidikan seharusnya bukan sebatas prestise.
Maka tunjukkanlah tindak tanduk yang merepresentasikan bahwa benar kita telah terdidik dan terpelajar.

Kutulis ini dengan berkali-kali menyeka air mata yang mengalir di pipi. L L
Aku. Bukanlah manusia tanpa dosa. Ada begitu banyak dosa yang kulakukan sejak mulai menjadi penanggungjawab atas perbuatanku sendiri hingga saat ini. Namun, setiap harinya, sebisa mungkin. Sesering mungkin. Kutengadahkan tangan kehadapan Rabb ku, meminta ampun atas segala dosa-dosa yang kulakukan. Tidak lupa kuselipkan doa agar Dia menjauhkan aku dari dosa dan menzholimi orang lain. Aku belum sanggup. Menanggung dosaku sendiri. Pun demikian jika harus menanggung dosa karena menzholimi orang lain. Aku takut.

Kutulis ini dengan perasaan campur aduk. Seraya berbisik lirih agar Rabbku mengabulkan permintaanku.
Ya Allah, sungguh hanya Engkau seadil-adilnya hakim.
Yang akan menimbang tanpa melihat apa dan siapa. Yang akan menilai dengan seksama.
Sungguh hanya Engkau sebaik-baiknya penolong. Yang tak akan pernah berhenti menyelamatkan hambaMu dari kesulitan dan kesusahan. Hanya engkau yang akan selalu ada disaat orang-orang lain tak mampu dan tak mau lagi untuk ada.
Sungguh hanya engkau yang Maha Mengetahui isi hati manusia.
Maka mohon ampuni dosa-dosaku, dosa kedua orang tuaku dan dosa orang-orang yang menyayangiku. Jauhkan aku dari kekufuran
Lindungi aku dari segala marabahaya.
Lindungi aku dari segala niat buruk manusia.
Ya Allah, berilah aku dan orang-orang yang menyayangiku umur yang panjang dan berkah agar bisa melakukan lebih banyak kebaikan. Agar dapat memohon ampun kepadaMu.
Beri aku kesabaran ketika aku dizholimi. Beri aku kekuatan untuk tetap sabar menghadapi hal-hal buruk yang ditimpakan manusia padaku. Beri aku ketabahan untuk menghadapi semuanya. Jangan biarkan aku lalai dalam mengingatMu.
Jangan biarkan aku dendam atas semua perlakuan manusia.
Sungguh hanya engkau yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Maka mohon ampuni mereka dan tegurlah mereka agar berhenti dari melakukan perbuatan zholim.”
Aamiin ya Rabbal Alamiin.

Kawan-kawan!
Semua perbuatan kita, baik ataupun buruk, besar ataupun kecil akan dipertanggungjawabkan ketika pulang kampung ke akhirat nanti.
Seperti janji Allah SWT:
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula”. (Al zalzalah 7-8)

Bila kau berada dalam kondisi yang dizholim orang lain, manfaatkan kesempatan itu. Tadahkan tanganmu. Memintalah pada yang senang bila kau meminta padaNya. Berdoalah. Karena doamu akan didengarkan. Doamu akan dihijabahNya.
Jangan berkecil hati. Ingatlah selalu ayat dibawah ini:

“Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (An Nisa 148)”

Dan perkataan Rasululllah SAW berikut:
Hati-hatilah terhadap doa orang yang terzalimi, kerana tidak ada suatu penghalang pun antara doa tersebut dan Allah.” (HR Bukhari).

Selamat pagi!
Selamat beraktivitas!
Semoga hari ini lebih baik dari hari kemarin
Dan semoga hari esok lebih baik daripada hari ini.
Aamiin.